Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Indostrategic Ahmad Khoirul Imam kepada wartawan, Senin pagi (4/10).
"Gaya komunikasi Mensos Risma yang eratik, tidak mudah ditebak, meledak-ledak, suka marah-marah, tidak cocok untuk dibawa dalam kepemimpinan politik nasional," katanya.
Pasalnya, gaya politik marah-marah Risma justru menunjukkan egoisme seorang pemimpin dengan segala keakuan serta kepongahannya dalam kerja-kerja politik.
"Sebagai pemimpin, ekspresi marah memang terkadang diperlukan untuk menegaskan sikap, posisi, dan arahan kebijakan. Namun jika sikap itu dilakukan hanya untuk menunjukkan "ego" dan "keakuan" seorang pemimpin," katanya.
Menurut Managing Director of PPPI ini, Risma seharusnya cukup memberikan statemen tegas dan terukur. Tanpa harus menunjuk-nunjuk dan mempermalukan orang lain, karena sejatinya itu sikap itu tidak pantas dilakukan.
"Tegas tidak harus kasar. Tegas juga bisa ditunjukkan tanpa kemarahan," tuturnya.
Sikap marah-marah Risma di ruang publik ini tidak hanya sekali. Siapa mengira bahwa masyarakat akan suka dengan kemarahan yang dianggap sebagai simbol ketegasan.
"Justru sebaliknya, kemarahan berlebihan yang diulang-ulang, justru berpotensi dianggap sebagai bentuk kepongahan dari "drama queen", yang belakangan sudah mulai muncul dalam ruang opini publik," pungkasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: