Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno mengatakan, tingginya elektabilitas Prabowo tidak murni hasil saat ini. Tetapi, ada bias dengan suara yang dia dapatkan pada Pilpres sebelumnya.
"Prabowo Subianto punya tabungan elektabilitas bias dari capres yang berulangkali dimulai sejak 2004. Itu tak bisa dipungkiri," kata Adi kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (8/10).
Prabowo Subianto setidaknya sudah berlaga di tiga kali Pilpres, yakni pada 2009 menjadi cawapres untuk Megawati Soekarnoputri. Serta pada 2014 dan 2019 sebagai calon presiden yang dua kali itu juga Prabowo takluk dari Joko Widodo.
Sehingga, kata Adi Prayitno, rekam jejak itu, masih ada sisi positif bagi mantan Danjen Kopassus itu.
"Prabowo hanya absen pilpres 2009. Selebihnya 2014 dan 2019 Prabowo ikut tanding terus yang jadi insentif politik baginya," pungkasnya.
Survei terbsru Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) mencatatkan, Prabowo Subianto unggul 22,5 persen dibandingkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo 20,5 persen. Tetapi, tren elektabilitas Prabowo berada dalam tren negatif.
Prabowo Subianto pada Mei 2021 elektabilitasnya 26 persen dan terbaru 22,5 persen. Sementara Ganjar mendapat 20,5 persen atau naik dibandingkan periode Mei dengan catatan 16,3 persen.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: