Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Lemhanas Komitmen Dukung Jokowi Perkuat Hilirisasi dan Green Economy

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ahmad-satryo-1'>AHMAD SATRYO</a>
LAPORAN: AHMAD SATRYO
  • Rabu, 13 Oktober 2021, 23:26 WIB
Lemhanas Komitmen Dukung Jokowi Perkuat Hilirisasi dan <i>Green Economy</i>
Gubernur Lemhanas Agus Widjojo usai mengikuti pengarahan Presiden Joko Widodo kepada Alumni peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) 62 dan peserta Program Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA) 23 Lemhannas RI/Ist
rmol news logo Keinginan Presiden Joko Widodo memperkuat green economy dengan memulai hilirisasi secara besar-besaran diamini Lembaga Pertahanan Nasional.

Dalam kesempatan khusus usai memberikan pengarahan kepada Alumni peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) 62 dan peserta Program Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA) 23 Lemhannas RI, Jokowi meminta Koordinator Tim Kajian Sumber Kekayaan Alam (SKA) Lemhannas RI, Edi Permadi segera memberi masukan soal Hilirisasi Mineral Strategis utamanya Nikel untuk dipelajari lebih lanjut.

"Saya minta untuk segera diberikan kepada saya tentang hal itu dan cukup satu halaman saja. Saya baru mendengar tentang hal ini, " ujar Joko Widodo kepada Edi Permadi di Istana Merdeka, Jalan Medan Merdeka Utara, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (13/10).

Permintaan Jokowi tersebut dijelaskan lebih lanjut oleh Edi Permadi dalam keterangan tertulisnya. Dia mengatakan bahwa dirinya sudah menyampaikan kepada Jokowi bahwa jika bijih nikel tidak dikelola dengan good mining practices dan konservasi sumber daya dalam waktu belasan tahun saja akan habis.

"Oleh karena itu, untuk berdaya guna bagi dukungan perwujudan ekonomi nasional, nikel dan mineral strategis lainnnya harus dikelola dengan baik," ujar Edi dalam keterangan tertulisnya kepada redaksi sesaat lalu.

Kepada Presiden, dia juga menjelaskan mengenai pengelolaan SKA melalui Good Mining Practices agar dapat dilakukan konservasi jangka panjang dan membuat industri strategis nasional.

Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah membuat Solar Cell sebagai green energy. Peluang menghasilkan green power (energy), katanya, sesuai dengan Paris Agreement 2015 yang membuat semua negara berusaha untuk memenuhi persyaratan (compliance).

"Kita bisa dapatkan benefit dengan memproduksi green energy untuk diekspor ke negara yang membeli dengan harga premium seperti Singapura yang tidak memiliki lahan luas," papar Edi.

"Sebagai contoh, sekarang ini Australia merencanakan pemasangan kabel bawah laut sejauh 4.200 KM melalui Indonesia untuk menyuplai Singapura," sambungnya.

Dalam konteks tersebut, dijelaskan Edi bahwa Indonesia memiliki peluang mensupplai dari Riau dan Batam yang jaraknya hanya 60 KM. Akan tetapi menurutnya, tantangan yang ada adalah kaitan dengan pembangkit dan transmisi swasta, apalagi untuk ekspor.

Tantangan lainnya adalah portofolio PLN sebagai pengayom seluruh rakyat Indonesia, sehingga berfokus pada fosil yang ekonomis, sehingga perlu didorong BUMN atau Swasta Nasional kuat yang bisa menciptai nilai tambah dengan membuat pembangkit green energy.

Meski begitu, Edi memastikan masukan dari Lemhanas untuk Presiden sudah disampaikan. Dia menuturkan, setidaknya ada lima butir rekomendasi Lemhannas RI yang diberikan kepada Presiden.

Dalam paparan Gubernur Lemhannas, Agus Widjojo yang berjudul "Hilirisasi Mineral Strategis dan Logam Tanah Jarang Guna Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Nasional", rekomendasi Lemhanas meliputi kegiatan eksplorasi mineral dan inventarisasi termasuk integrasi data sumber kekayaan mineral Indonesia.

Kemudian rekomendasi selanjutnya adalah keselarasan regulasi antar departemen terkait serta penegakan hukum, ketersediaan energi murah utamanya energi hijau (green energy), pengendalian ekspor mineral dan penguasaan teknologi pengolahan baik Pierometalurgy yang optimal (smelter) dan hydrometalurgy.

Agus Widjojo menjelaskan bahwa dalam kajian Lemhannas ditemukan teknologi smelter yang sebenarnya hanya mendukung industri baja dan steinless stell. Alih-alih, smelter tidak memberi dukungan bagi pembangunan industri baterai listrik.

Dikatakan Agus Widjojo, secara metalurgi industri baterai hanya dapat didukung dengan teknologi hydrometalurgi yang pada umumnya berupa HPAL. Teknologi ini hanya ada satu di Indonesia dan baru akan digunakan pada 2021 ini. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA