Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kalau Sri Mulyani Tidak Berubah, Indonesia Terancam Krisis Lebih Buruk dari 1998

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ahmad-kiflan-wakik-1'>AHMAD KIFLAN WAKIK</a>
LAPORAN: AHMAD KIFLAN WAKIK
  • Rabu, 01 Desember 2021, 19:45 WIB
Kalau Sri Mulyani Tidak Berubah, Indonesia Terancam Krisis Lebih Buruk dari 1998
Ekonom senior Fuad Bawazier/RMOL
rmol news logo Masalah keuangan Indonesia bukan hanya soal utang yang kian menumpuk, tetapi pendapatan yang stagnan dan turunnya kemampuan bayar pada utang juga menjadi masalah akut yang harus diselesaikan.

"Bukan soal utang yang tinggi tapi kemampuan bayarnya," kata Ekonom senior Fuad Bawazier di Raden Bahari Restaurant, Mampang, Jakarta Selatan, Rabu (1/12).

Fuad Bawazier mengatakan, sudah sering kalangan ekonom menyampaikan kritik kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani. Kritik tajam yang disampaikan terkait masalah utang dan kemampuan bayar yang belakangan menjadi sorotan.

Kata dia, Sri Mulyani gagal mengelola keuangan karena gagal meningkatkan pendapatan negara. Selain itu, menumpuknya utang karena hanya untuk membayar bunga utang saja, Sri Mulyani justru mencari utang baru.

"Sekarang kan bunganya saja ditutup dengan utang, ada utang jatuh tempo pakai hutang baru, jadi hutang kaya jurang kan," terangnya.

Jika kondisi ini tidak segera diperbaiki, kata mantan Menteri Keuangan ini, pemerintah harus siap menyaksikan kenyataan kembali terjadi krisis moneter.

Bahkan Fuad Bawazier memprediksi kondisi krisis ekonomi akan jauh lebih buruk dari krisis tahun 1998. Saat itu, hingga menjadi pintu masuk berakhirnya rezim Orde Baru.

"Kenapa? Karena krismon 98 keuangan negara masih bagus, yang gagal bayar waktu itu adalah swasta, sekarang yang kecenderungan gagal bayar itu pemerintah dan BUMN, kan cilaka," tandasnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA