Selamat Idul Fitri
Selamat Idul Fitri Mobile
Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Reuni 212: Dari Mulut Penista Agama, Penangkapan Aktivis Berdalih Makar Sampai Rutin Berjilid

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/diki-trianto-1'>DIKI TRIANTO</a>
LAPORAN: DIKI TRIANTO
  • Kamis, 02 Desember 2021, 08:55 WIB
Reuni 212: Dari Mulut Penista Agama, Penangkapan Aktivis Berdalih Makar Sampai Rutin Berjilid
Massa aksi 4 November 2016 menuntut penjarakan Basuki Tjahaja Purnama atas kasus penistaan agama/Net
rmol news logo Persaudaraan Alumni (PA) 212 akan kembali menggelar Reuni 212 hari ini, Kamis (2/12).

Meski tidak mengantongi izin dari aparat kepolisian, reuni dikabarkan akan tetap digelar di kawasan Patung Arjuna Wiwaha atau Patung Kuda, Jakarta Pusat. Sebelumnya, Reuni 212 juga akan dipusatkan di Masjid Az Zikra, Babakan Madang, Bogor namun tidak mendapat izin dari pengurus majelis.

Reuni kali ini pun merupakan kegiatan kesekian kalinya setelah rangkaian "Aksi Bela Islam" yang melibatkan jutaan orang dari hampir seluruh penjuru kota di Indonesia.

Reuni 212 Berawal dari Aksi Bela Islam

Reuni 212 digelar setiap tahun yang awalnya untuk peringatan aksi demokrasi muslim atas peristiwa penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok saat masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta tahun 2016 silam.

Penistaan Agama Ahok

Pada 27 September 2016 silam, Ahok dinilai telah menodai agama Islam saat melakukan kunjungan kerja ke Kepulauan Seribu. Dalam pidatonya, Ahok menyebut ada sejumlah oknum yang memprovokasi masyarakat untuk tidak mendukungnya di pemilihan gubernur DKI 2017 dengan dalih Surat Al-Maidah ayat 51.

"Kan bisa saja dalam hati kecil Bapak Ibu, enggak pilih saya karena dibohongi (orang) pakai Surat Al Maidah 51 macam-macam itu. Itu hak Bapak Ibu. Kalau Bapak Ibu merasa enggak bisa pilih karena takut masuk neraka, dibodohin, begitu, oh enggak apa-apa, karena ini panggilan pribadi Bapak Ibu," demikian kutipan pidato Ahok saat itu.

Adapun Surat Al-Maidah ayat 51 berbunyi, "Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebagian mereka adalah pemimpin yang bagi sebagian mereka yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”.

Pidato Ahok itu pun memantik emosi masyarakat karena dianggap menistakan agama. Ahok yang saat itu masih menjabat sebagai Gubernur dan akan maju di Pilgub DKI 2017 berpasangan dengan Djarot Saiful Hidayat dilaporkan ke polisi.

Aksi Bela Islam

Sebagai bentuk protes, ribuan massa yang dikomandoi Habib Rizieq Shihab menggelar Aksi Bela Islam pada 14 Oktober 2016 di Balaikota Jakarta untuk menuntut proses hukum terhadap Basuki Tjahaja Purnama.

Aksi 411

Tak sampai di situ, massa kembali menggelar aksi pada 4 November 2016. Saat itu, aksi tidak lagi terpusat di Balaikota, melainkan di depan Istana Negara dengan sebutan Aksi 411 atau "Aksi Bela Islam Jilid II". Aksi yang bertajuk damai itu berlangsung rusuh menjelang sore. Tembakan gas air mata dari kepolisian makin membuat suasana tak kondusif.

Saat aksi itu, massa tidak bertemu Presiden Joko Widodo, melainkan perwakilan massa hanya bertemu Menko Polhukam, Wiranto dan Wapres Jusuf Kalla.

Aksi 212

Puncaknya pada aksi 2 Desember 2016 atau disebut dengan Aksi 212 jilid I. Saat itu, Kota Jakarta memutih. Sejak Subuh, jutaan masyarakat dari berbagai pelosok daerah merapat ke Jakarta. Mereka bahkan menggelar Shalat Subuh berjemaah di Masjid Istiqlal.

Pagi harinya, sekitar pukul 06.00 WIB, massa mulai merapat ke Lapangan Monas. Berbagai tokoh politik hingga ulama ikut terkonsentrasi di panggung Lapangan Monas.

Berbeda dengan aksi sebelumnya, 212 berlangsung damai, bahkan Presiden Joko Widodo pun ikut hadir dalam aksi tersebut. Poinnya tuntutan massa masih sama, yakni menuntut Gubernur Ahok dipenjarakan karena dianggap menistakan agama.

Penangkapan Tokoh Berdalih Makar

Di balik Aksi 212, beberapa tokoh dan aktivis ditangkap polisi pada malam sebelum aksi. Mereka adalah Rachmawati Soekarnoputri, Ahmad Dhani, Kivlan Zen, Adityawarman Thaha, Ratna Sarumpaet, Firza Husein, Eko Suryo Santjojo, Alvin Indra, Sri Bintang Pamungkas, Rizal Kobar, dan Jamran.

Dari daftar tersebut, tujuh di antaranya ditetapkan sebagai tersangka, termasuk Rachmawati. Pasca euforia 212, status para tersangka pun kian mengambang. Banyak pihak yang menduga, penangkapan tersebut sengaja dilakukan untuk meredam aksi jutaan massa tersebut.

Aksi 212 Jilid II

Aksi massa kembali dilanjutkan pada 21 Februari 2017 atau 212 Jilid II. Berbeda dengan aksi sebelumnya yang digagas FPI, aksi yang juga disebut "Aksi Bela Islam Jilid V" ini digaungkan Forum Umat Islam (FUI) dan tak seramai sebelumnya. Mereka berkumpul di kawasan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Senayan, Jakarta Pusat.

Aksi 313

Di saat Ahok menjalani proses persidangan kasus penistaan agama di PN Jakarta Utara yang dipindah lokasi di Auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, massa kembali menggelar aksi pada 31 Maret 2017. Aksi ini merupakan "Aksi Bela Islam VI". Mereka melakukan long march dari Masjid Istiqlal menuju Istana Merdeka untuk meminta Presiden Joko Widodo memberhentikan Ahok sebagai Gubernur Jakarta.

Aksi 55 atau Aksi Bela Islam VII

Masih untuk mengawal proses hukum Basuki Tjahaja Purnama, masa kembali menggelar aksi bertajuk "Aksi Bela Islam VII" pada 5 Mei 2017. Aksi ini dilakukan jelang vonis Ahok dalam kasus penistaan agama. Ahok kemudian divonis penjara 2 tahun oleh Pengadilan Negeri Jakarta Utara.

Reuni 212 Digelar Setiap Tahun

Pasca kasus penistaan agama Ahok, massa yang terdiri dari anggota FPI, Gerakan Nasional Pembela Fatwa Ulama (GNPFU), dan Persaudaraan Alumni (PA) 212 secara rutin menggelar Reuni 212 setiap tahun untuk memperingati peristiwa 2 Desember 2016. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA