Pertemuan tersebut dihadiri oleh masing-masing wakil keluarga pendiri NU untuk meredakan ketegangan di internal NU, utamanya di kalangan PBNU jelang Muktamar ke-34.
"Masing-masing datang atas inisiatif sendiri-sendiri. Tidak ada yang mengatur, tidak ada yang membiayai karena didasari oleh keprihatinan atas kondisi PBNU akhir-akhir ini," kata KH Fahmi Amrullah Hadziq.
Dalam pertemuan tersebut, ada tiga hal yang dibahas dan menjadi imbauan kepada seluruh jam'iyyah NU. Pertama, mengingatkan bahwa niat para muassis mendirikan jam'iyyah NU adalah untuk membangun
ukhuwwah (persaudaraan).
“Kami berharap kepada para pengurus, hendaknya menjaga
ukhuwwah ini. Janganlah perbedaan menyebabkan perpecahan. Maka ini harus kita pegang, para pengurus terutama hendaknya memegang
dawuh (amanat) ini,†jelas Gus Fahmi.
Poin kedua, hendaknya semua pihak mengedepankan
akhlaqul karimah dengan menjaga tradisi
tabayyun dan tidak mengeluarkan keputusan sendiri-sendiri.
"Karena bagaimanapun juga pengurus itu bukan personal, tetapi kolektif kolegial. Jadi hendaknya keputusan itu diambil secara bersama-sama musyawarah untuk mufakat," tegas Gus Fahmi.
Kemudian, Dzurriyah Muassis NU juga berharap semua pihak, terutama kiai-kiai sepuh menahan diri dan tidak melakukan aksi dukung-mendukung terhadap salah satu pihak.
“Apa yang dilakukan oleh kiai-kiai ini memberikan dukungan kepada salah satu pihak akan berpotensi menyebabkan perpecahan. Jadi sebaiknya masing-masing bisa menahan diri," tandasnya.
Selain KH Fahmi Amrullah Hadziq, para dzurriyah yang turut hadir dalam pertemuan tersebut antara lain, KH Sholahudin atau Gus Udin (Dzurriyah KH. Ridwan Abdullah), KH Wahab Yahya atau Gus Wahab (Dzurriyah KH. Wahab Chasbullah).
KH. Hasyim Nasir atau Lora Hasyim (Dzurriyah Syaikhona Kholil), KH Abdul Hakim Mahfudz atau Gus Kikin (Pengasuh Ponpes Tebu Ireng) dan Gus Mahasin (Kakak Kandung Gus Baha).
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: