Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Peneliti CSIS: Ancaman Demokrasi Ialah Politik Berbiaya Mahal

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/raiza-andini-1'>RAIZA ANDINI</a>
LAPORAN: RAIZA ANDINI
  • Kamis, 09 Desember 2021, 02:16 WIB
Peneliti CSIS: Ancaman Demokrasi Ialah Politik Berbiaya Mahal
Ilustrasi/Net
rmol news logo Peneliti CSIS Arya Fernandez berpendapat bahwa sistem demokrasi di Indonesia masih berada di jalan yang benar atau baik-baik saja. Pasalnya, dia percaya bahwa setiap individu di Indonesia secara alamiah memiliki naluri bebas berpendapat tanpa dihantui oleh rasa takut berekspresi.

“Secara alamiah kita juga punya kesadaran untuk terlibat dalam aktivitas politik tanpa harus dicurigai,” ucap Arya  "Demokrasi Timur Berjaya (?)" persembahan What's Viral, di CGV Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (8/12).

Dari sisi itu, kata Arya, capaian demokrasi Indonesia dinilainya cukup baik meskipun ada kritik yang mencederai sistem demokrasi itu sendiri.

Namun disisi lain, ia mengungkapkan bahwa yang menjadi ancaman demokrasi di Indonesia adalah soal politik berbiaya mahal.

“Saya kira itu terjadi karena mungkin ada efek dari sistem kepemiluan kita bukan demokrasinya jadi sistem kepemiluan yang mempunyai ekses-ekses dengan biaya politik yang mahal. Dan menurut asumsi saya disetiap proporsionalitas dengan suara terbanyak itu menjadi salah satu kontributor yang memperkuat politik yang berbiaya mahal terutama di level pemilu legislatif,” tegasnya.

Dia membayangkan jika seorang Caleg maju di daerah pilihannya, dengan luas kampanye yang sangat besar penduduk yang banyak, geografi yang sulit, belum lagi level kompetisi politik antar partai yang sangat kompetitif dan itu membuat biaya untuk melakukan mobilisasi jadi lebih berat.

"Di Pulau Jawa mungkin lebih berat lagi karena tingkat kepadatan pendudukan lebh tinggi jumlah pemiluhnya lebih banyak, untuk merawat konstituen juga semakin mahal. Jadi kalau memang ada revisi UU Pemilu, saya kira dorongan untuk menerapkan kembali sistem proporsionalitas tertutup di mana pemilh hanya pemilih tanda atau lambang partai paling tidak itu menurunkan cost politik kita dari sisi pencalegan,” pungkas Arya.rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA