Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Punya Bahan Baku, Antam Bisa Jadi Leading Sector Produksi Baterai Kendaraan Listrik

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/diki-trianto-1'>DIKI TRIANTO</a>
LAPORAN: DIKI TRIANTO
  • Jumat, 10 Desember 2021, 08:14 WIB
Punya Bahan Baku, Antam Bisa Jadi <i>Leading Sector</i> Produksi Baterai Kendaraan Listrik
Presiden Jokowi saat menghadiri groundbreaking pabriik baterai kendaraan listrik pertama di Asia Tenggara/RMOLSumsel
rmol news logo Upaya pemerintah menargetkan produksi massal baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) pada 2025 mendatang perlu mendapat dukungan dari semua pihak, tak terkecuali komitmen empat BUMN yang terlibat holding yakni PT Antam (Persero), PT PLN (Persero), PT MIND ID dan PT Pertamina (Persero).

Pengamat hukum energi dan pertambangan Universitas Tarumanegara, Ahmad Redi menjelaskan, Indonesia tidak hanya mampu menjadi produsen, tetapi sangat memenuhi syarat menjadi pemain global dalam industri ini.

“Bahan baku baterai kendaraan listrik kita sangat kaya sehingga sudah semestinya Indonesia menjadi pemain global di sektor baterai mobil listrik ini,” kata Redi kepada wartawan, Jumat (10/12).

Ia menekankan, semua stakeholders, terutama empat BUMN yang terlibat itu bisa memaksimalkan perannya masing-masing, khususnya PT Antam.

PT Antam bergerak di sektor tambang dan menghasilkan bijih nikel, bahan baku dari EV. Redi bahkan mendukung jika EV ini nantinya bisa menjadi leading sector PT Antam.

“Menteri BUMN sudah membentuk Indonesia Battery Corporation. Karena ini terkait komoditas tambang, maka PT Antam punya legal standing karena memiliki sumber baku EV sehingga bisa menjadi leading sector," jelasnya.

Ke depan, yang harus dipikirkan adalah bagaimana perusahaan BUMN bisa meningkatkan nilai tambah.

“Saya kira Antam bisa terlibat dan memaksimalkan upaya nilai tambah ini, serta turut menjadi pemain global, karena kita punya bahan bakunya,” tandasnya.

Indonesia Battery Corporation (IBC) menyatakan sudah menyiapkan berbagai tahapan untuk memproduksi massal EV pada 2025. Mulai tahap penambangan (mining) hingga prasarana untuk daur ulang (recycle) baterai diprediksi siap pakai pada 2025.

Pada tahap awal diperkirakan membutuhkan waktu 4 sampai 5 tahun untuk memproduksi EV. Dalam tahapan itu, IBC juga melakukan kajian dan membangun smelter, membuat Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dan High Pressure Acid Leaching (HPAL), hingga menyiapkan pabrik daur ulang. Seluruh proses itu ditargetkan akan selesai pada 2025. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA