Begitu kata Peneliti Klaster Politik Perkotaan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Syafuan Rozi, saat menjadi narasumber dalam diskusi daring #IndonesiaLeadersTalk bertajuk "Kepindahan Ibukota vs Aspirasi Rakyat Via Pansus IKN" pada Jumat malam (18/12).
"Yang saya sedih karena ketika ada lomba sayembara gagasan desain IKN baru, juri dan kriteria unggulan siapa yang menang dari gagasan desain IKN baru itu semua adalah kaum teknokrat, teknolog, arsitek tanpa melibatkan sosial humaniora," kata Syafuan.
Atas dasar itu, Syafuan menyayangkan rencana pemindahan IKN hanya dilihat dari aspek fisik semata. Padahal menurutnya, aspek lainnya seperti sosial, politik, hingga humaniora sedianya menjadi faktor yang penting untuk dilibatkan, dan dimasukkan dalam Rancangan Undang Undang Ibu Kota Negara (RUU IKN).
"Jadi, saya sangat sedih bagaimana satu desain hanya melihat fisiknya tidak jiwanya, tidak budayanya, tidak sosial humanioranya," sesalnya.
"Dari desain sayembara saja saya menduga ini terlalu banyak muatan teknokrasi, teknisnya, tapi kurang pertimbangan sosial, politik, budaya. Itu kekecewaan saya," demikian Syafuan.
Hadir narasumber lain dalam diskusi daring yang disiarkan secara live di kanal YouTube PKS TV tersebut, antara lain Dosen Ilmu Politik Universitas Indonesia Chusnul Mariyah.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: