Hal ini membuat indikator terkait langkah-langkah NU untuk berkembang ke kancah global menjadi penting dalam pemilihan Ketua Umum PBNU selama Muktamar ke-34 yang digelar di Lampung pada 22-23 Desember.
Dalam hal ini, pengamat politik Islam Yon Machmudi menilai, ada tiga calon menonjol yang memiliki kompetensi di jejaring internasional.
"Dari janji yang diberikan, Gus Yahya Cholil ingin memajukan NU di dunia internasional, yang bisa menghubungkan dunia Islam dan Barat," kata Ketua Program Pascasarjana Kajian Timur Tengah Universitas Indonesia ini kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (21/12).
Di sisi lain, ia mengatakan, terdapat petahana yaitu KH Said Aqil Siroj yang kinerjanya sudah dibuktikan selama dua periode terakhir. Sayangnya, Yon berpendapat, meski memiliki jejaring internasional, KH Said Aqil tampaknya belum mengoptimalkan hal tersebut selama kepemimpinannya.
Selama kepemimpinan KH Said Aqil, ulama NU memang memiliki peranan pada konflik Afghanistan. Tetapi masih banyak konflik lain yang membutuhkan kehadiran NU sebagai contoh moderasi beragama dan menciptakan harmonisasi elemen bangsa.
Sementara itu, kehadiran mantan Wakil Ketum PBNU KH As'ad Said Ali dalam bursa pemilihan menjadi sangat penting di tengah kompetisi dua sosok sebelumnya. Terlebih ia juga pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Badan Intelijen Negara (BIN) periode 2000-2011.
"Kita tidak meragukan lagi
track record beliau, punya jejaring dunia internasional. Ketika menjalankan tugas intelijen, (beliau) mampu berkomunikasi dengan tokoh-tokoh penting di Arab Saudi, Yaman, Suriah, dan negara-negara Uni Eropa," pungkas Yon.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.