Begitu disampaikan Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar saat memberikan khutbah iftitah pembukaan Muktamar ke-34 NU di Lapangan Pondok Pesantren Daarussa'adah, Lampung Tengah, Rabu (22/12).
"Marilah kita renungkan juga nilai-nilai yang telah ditanamkan oleh para pendahulu kita dalam bingkai trilogi
ukhuwah," ujar Kiai Miftachul.
Trilogi
ukhuwah yang dimaksud adalah
ukhuwah islamiyah atau persaudaraan internal umat Islam,
ukhuwah wathaniyah atau persaudaraan kebangsaan, dan
ukhuwah insaniyah/basyariyah atau persaudaraan kemanusiaan.
"Kita bisa tambahkan juga
ukhuwah nahdliyah di dalamnya," sambungnya.
Kiai Miftakhul juga menyampaikan, soal kekuatan
jam’iyah Nahdlatul Ulama yang sangat besar. Walaupun selama ini banyak warga NU hanya memosisikan diri sebagai jemaah, belum ber-
jam’iyah atau menjadi bagian dari organisasi NU.
Dikatakan Kiai Miftachul, kekuatan
jam'iyah menjadi penting untuk terus diperdalam untuk menghindari terpecahnya Nahdlatul Ulama akibat perbedaan pandangan pada kepentingan sesaat
"Mereka harus mengikuti satu komando, yang dikomando dari PBNU dan didukung oleh para mustasyar," terangnya.
Menurutnya, men-
jam’iyah-kan jamaah dengan segala potensinya, menjadi salah satu pekerjaan rumah terpenting dari sekian pekerjaan rumah yang lain.
"Sebab, potensi raksasa ini, kalau tidak dikelola dengan baik dan benar, justru akan menjadi beban dan terpecah-belah. Menjadi bulan-bulanan dan diperebutkan oleh kelompok-kelompok lain," pungkasnya.
Hadir pada acara ini Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden Maruf Amin, Wakil Ketua DPR RI Abdul Muhaimin Iskandar dan Lodewijk Freidrich Paulus, serta petinggi partai politik dan jajaran menteri kabinet.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: