Hal itu disampaikan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siroj, dalam sambutan pembukaan Muktamar ke-34 NU yang digelar di Pondok Pesantren Darussa'adah, Gunung Sugih, Lampung Tengah, Rabu (22/12).
Dipaparkan Said Aqil, kekayaan pertama adalah sumber daya sosial dengan 17 ribu lebih pulau, 300 etnis, 1.340 suku bangsa, dan 1.211 dialek bahasa. Semuanya adalah fakta keragaman dan kemajemukan bangsa ini.
Kemajemukan itu disatukan di bawah tenda besar Pancasila dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika. Di tenda besar itu, ormas-ormas keagamaan berperan sebagai semen perekat sosial.
"Mereka mengkonsolidasikan nasionalisme sebagai proyek integrasi bangsa yang tumbuh dari bawah, tidak perlu dipaksakan dari atas dengan tangan besi," katanya, dikutip
Kantor Berita RMOLLampung.
Kekayaan kedua adalah budaya. Di satu sisi, kebudayaan Nusantara membuka diri pada interaksi dan kolaborasi dengan kebudayaan global asing. Di sisi lain, budaya lokal menjadi identitas, napas, dan aktualisasi nilai-nilai.
Di negeri ini, Islam Nusantara menjadi bukti dari kematangan hadlarah karena ia menggunakan budaya sebagai infrastruktur utamanya.
Lanjut Said Aqil, kekayaan ketiga adalah simbol-simbol yang hidup dalam keseharian. Ia mengambil contoh sarung dan peci sebagai sebuah simbol identitas islam.
"Dalam sekali tarikan napas, melalui peci dan sarung, orang langsung mengenali Islam tak harus Arab.
Alhamdulillah, kami juga senang peci menjadi busana nasional. Siapapun bisa memakainya, bahkan oleh saudara-saudara kita yang nonmuslim," tambahnya.
Adapun kekayaan keempat adalah kekayaan materi dengan sumber daya alam yang luar biasa. Namun, yang dibutuhkan adalah SDM unggul, yang mampu mengolah kekayaan alam itu sebagai modal pembangunan.
Dan, kekayaan kelima adalah sumber daya politik sebagai negara demokrasi terbesar ketiga dan negeri Muslim terbesar di dunia. Indonesia bukan negara agama, tetapi negara Pancasila yang menaungi semua pemeluk agama.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: