Begitu yang disampaikan oleh Forum Perempuan Muktamar meliputi Luluk Nur Hamidah, Badriyah Fayumi, Nur Rofiah, dan Nyai Hindun, seperti keterangan yang diterima
Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (23/12).
Mereka berharap, NU mampu merespons dinamika dan perkembangan banyaknya kader perempuan di usia menjelang satu abad.
"Jumlah perempuan NU yang lulusan perguruan tinggi pada jenjang S1 hingga doktoral terus bertambah, bidang kelilnuan yang digeluti juga sangat beragam," ujar Luluk Nur Hamidah.
Perempuan NU juga menguasai ilmu keagamaan seperti ahli tafsir, hadist, dan syariah. Mereka juga memahami khasanah kitab kuning klasik khas NU.
Di sisi lain, mereka bahkan menguasai bidang ilmu sosial, ekonomi dan humaniora, termasuk teknologi hingga keilmuan lain yang relatif masih jarang peminatnya di tanah air, seperti nuklir.
Sementara itu, NU sendiri sebagai organisasi sosial keagamaan terbesar juga diakui yang terdepan dalam hal pengakuan tentang keseteraan dan keadilan gender serta kepemimpinan perempuan.
"Bahkan ketika ormas keagamaan lain masih ada yang mengharamkan kepemimpinan politik perempuan, justru NU yang paling awal menyatakan mendukung dan tidak mempertentangkan dengan agama," lanjut Luluk Nur Hamidah.
Memasuki abad ke-2, NU menghadapi berbagai persoalan yang semakin kompleks
"Oleh karena itu, Forum Perempuan Muktamar berharap agar dalam Muktamar ke-34 di Lampung, akan ada kebijakan afirmasi keterwakilan perempuan untuk mengisi posisi di struktural NU di semua tingkatan, baik pada jajaran Mustasyar, Syuriah, Tanfidhiyyah, maupun Lembaga dan Badan khusus di bawah naungan NU," pungkasnya.
Muktamar ke-34 NU telah memasuki hari kedua. Muktamar berfokus di empat titik di Lampung, yaitu Ponpes Darussa'adah, UIN Raden Intan Lampung, Universitas Lampung, dan Universitas Malahayati.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.