Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

CIIA: Tindakan Ferdinand Jadi Ujian Berat bagi Negara, Umat Islam, dan Polisi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/raiza-andini-1'>RAIZA ANDINI</a>
LAPORAN: RAIZA ANDINI
  • Kamis, 06 Januari 2022, 10:28 WIB
CIIA: Tindakan Ferdinand Jadi Ujian Berat bagi Negara, Umat Islam, dan Polisi
Cuitan Ferdinand Hutahaean di media sosial kembali bikin gaduh/Net
rmol news logo Cuitan Ferdinand Hutahaean (FH) di media sosial yang menyebut "Allahmu Lemah" dinilai menjadi ujian besar untuk negara, terutama bagi umat Islam dan aparat penegak hukum.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Direktur Eksekutif The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIIA), Harits Abu Ulya mengatakan, ada tiga unsur yang paling dirugikan dan mendapat ujian besar dari cuitan Ferdinand tersebut

Pertama, negara Indonesia telah dikoyak Bhinneka Tunggal Ika-nya akibat pernyataan sinis Ferdinand yang sangat melukai hati umat Islam.

"Kehidupan berbangsa dan bernegara yang selalu diharapkan semua anak bangsa adalah damai, harmoni dan indah dalam keberagaman, serta sikap saling menghormati, menjadi terkoyak dengan sikap verbal yang tidak beradab dari seorang FH," kata Harits kepada Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (6/1).

Selain itu, sikap toleransi dan saling menghormati antarumat beragama yang terus menerus digaungkan menjadi ternoda dengan cuitan Ferdinand.

"Entah ini berangkat dari kebodohan atau phobianya FH terhadap umat beragama di luar dirinya atau bahkan kesengajaan FH untuk memprovokasi gejolak sosial. Dan secara khusus ini ujian bagi umat Islam yang merasa tersinggung dengan cuitan FH. Bisa saja umat Islam menyikapi secara proporsional atau terstimulasi untuk melakukan pengadilan jalanan terhadap FH," tuturnya.

Terakhir, lanjut Harits, cuitan Ferdinand jadi ujian bagi aparat penegak hukum. Kepolisian di bawah Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo kali ini betul-betul diuji untuk membuktikan visi Presisinya.

"Umat Islam menuntut prinsip equity di hadapan hukum. Terlalu banyak fakta yang bisa dijadikan sebagai basis komparasi untuk menakar apakah Polri betul-betul penegak hukum yang bisa diharapkan untuk menciptakan keadilan bagi semua pihak," ujarnya.

Ditambahkan Harits, jika FH mengaku khilaf dan meminta maaf, maka sebagai umat Islam dirinya pasti memaafkan.

"Tapi proses hukum tetap harus berjalan agar menjadi pembelajaran kepada siapapun soal pentingnya keadaban di ruang sosmed. Sikap verbal yang basisnya adalah ilmu dan wisdom bukan emosi, kebencian, yang memantik permusuhan sesama anak bangsa," tutupnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA