Acara tersebut dihadiri Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, Gubenur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, dan puluhan tokoh politik, tokoh intelektual, tokoh agama, hingga tokoh pers dan budaya.
Dalam pidatonya, Zulhas menyampaikan pentingnya positioning Islam yang moderat atau Islam Tengah di Indonesia untuk dipahamkan kembali kepada masyarakat.
“Sehingga semangat ber-Islam tidak dicurigai sebagai sikap keras atau radikal, pada saat yang sama sikap toleran juga tidak berarti mengabaikan batas-batas yang telah ditetapkan dalam agama. Bernegara tidak bisa dikerjakan dengan fanatisme tanpa mengayomi yang berbeda,†kata Zulkifli Hasan
Menurut Wakil Ketua MPR RI itu, posisi agama dan negara belakangan ini kembali dipersoalkan. Padahal hal tersebut merupakan diskusi yang sudah selesai. Hubungan antara agama dan negara dalam konsep Indonesia bersifat simbiotik, menjadi fusi sinergis yang harmonis.
Menurutnya, munculnya perbenturan-perbenturan yang belakangan terjadi akibat digunakannya politik identitas harus diantisipasi, tafsir beragama dalam politik harus bisa mengayomi, mendamaikan, berada di tengah.
Publik Islam, menurut Zulhas, perlu memahami dan mengimplementasikan cara beragama yang tengahan atau moderat.
“Sudah saatnya kita membumikan kembali Islam Tengah, menjadikannya perbincangan publik Islam yang utama. Islam Tengah merupakan sebuah konsep keislaman dan jalan kebangsaan yang perlu menjadi panduan bagi masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari,†terang Zulhas.
Zulhas melihat potensi Islam yang diterapkan di Indonesia sebagai inspirasi bagi dunia. Sebagai negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia, negara demokrasi berpenduduk mayoritas muslim terbesar di dunia, Indonesia bisa menampilkan potret stabilitas politik, kemajuan ekonomi, dan pelaksanaan demokrasi yang damai.
"Ke depan, wajah Islam Tengah yang moderat dan inklusif ini harus terus kita dorong bersama untuk menjadi
blueprint dalam cara mengelola perdamaian di atas keberagaman masyarakat Indonesia dan dunia. Karena kita semua mengemban amanat konstitusi untuk ikut serta mewujudkan ketertiban dunia," paparnya.
Zulhas yakin Indonesia akan menjadi negara besar yang memegang peran dan kepemimpinan di level global. Kita akan kuat bukan hanya dari aspek ekonomi, tetapi dari aspek politik dan kebudayaan.
"Syaratnya, kita pegang teguh dan amalkan Pancasila secara utuh dan konsekuen," terangnya lagi.
Zulhas melihat realitas sosial masyarakat di Indonesia sebenarnya sudah tidak memiliki persoalan untuk menjalankan sila pertama hingga sila ketiga tetapi sering gagal dalam mengimplementasikan sila keempat dalam politik kebangsaan.
"Dan sila kelima (keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia) masih menjadi PR besar yang harus kita kerjakan bersama-sama," pungkas Zulhas.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: