SBY menceritakan sosok mantan Sekretaris Kabinetnya itu saat menghadiri peluncuran buku "Biografi Dipo Alam", Senin (31/1).
Kata SBY, Dipo Alam bisa memerankan diri sebagai mitra yang baik. Bahkan SBY mengakui selama dirinya menjabat Presiden, Dipo Alam tidak kehilangan identitas sebagai seorang aktivis. Artinya, Dipo Alam kerap melontarkan kritik secara langsung kepada SBY.
"Selama di kabinet, Pak Dipo Alam jiwa aktivismenya tidak pernah hilang, gelisah kalau ada hal-hal yang tidak benar, kritis tapi berisi kepada saya juga kritis. Meskipun disampaikan empat mata, menyampaikan hal yang tidak enak didengar supaya saya tidak keliru dalam mengambil keputusan," demikian ungkapan SBY terkait sosok Dipo Alam.
SBY juga menyinggung bahwa dalam negara dengan alam demokrasi, sebuah kekuasaan pemerintah harus tetap dikontrol. Lebih detail, Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat itu mengulas tentang bentuk kontrol kekuasaan adalah diterapkannya konsep trias politika.
Yakni memisahkan sebuah kekuasaan menjadi tiga bagian, yakni legislatif, eksekutif dan yudikatif.
"Siapa yang mengecek
power, ada
check and balances dalam trias politika.
Checks and Balances antara negara dengan rakyat, pemimpin dengan yang dipimpin," demikian ulasan SBY.
SBY menjelaskan, kontrol masyarakat terhadap aktivitas kekuasaan adalah bentuk sistem politik yang indah. Sebab, dengan kontrol masyarakat akan membuat seorang pemimpin tidak berjalan salah arah.
"Dengan kontrol dari rakyat, aktivis,
civil society karena biasanya pemimpin tidak akan salah jalan dalam mengambil keputusan yang bertentangan dengan rakyat," terang SBY.
Dalam kacamata SBY, masyarakat memiliki tugas memastikan sebuah pemerintahan tidak melakukan hal-hal yang mengarah pada penyalahgunaan kekuasaan.
"Semuanya
for the sake of people interest (untuk kepentingan rakyat)," pungkas SBY.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: