Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Bung Karno dan Pak Harto Harus Jadi Contoh Bagaimana Mengakhiri Kekuasaan dengan Baik

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/faisal-aristama-1'>FAISAL ARISTAMA</a>
LAPORAN: FAISAL ARISTAMA
  • Jumat, 04 Maret 2022, 08:57 WIB
Bung Karno dan Pak Harto Harus Jadi Contoh Bagaimana Mengakhiri Kekuasaan dengan Baik
Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah/Net
rmol news logo Karya-karya para presiden yang pernah memimpin Indonesia memang terbilang luar biasa. Akan tetapi, tidak sedikit dari mereka yang turun dan mengakhiri kehidupan dengan kisah yang sedih.

“Yang membuat kita harus belajar bagaimana mengakhiri kekuasaan secara baik dan bijaksana,” begitu bunyi kicauan Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah lewat akun Twitter pribadinya, Jumat (4/3).

Kicauan ini disampaikan seiring dengan ramainya dorongan agar Pemilu 2024 diundur. Yang artinya, masa jabatan Presiden Joko Widodo juga perlu mendapat penambahan hingga pemilu digelar.

Fahri Hamzah lantas mengajak untuk melihat nasib Presiden pertama RI Soekarno. Di mana Bung Karno dikenal sebagai proklamator pendiri bangsa yang luar biasa.

Namanya tidak hanya harum di dalam negeri, tapi juga di seluruh dunia. Bahkan kini namanya turut menjadi nama jalan di sejumlah negara Asia dan Afrika.

“Bung Karno pemimpin dunia, seorang intelektual yang memukau zaman. Tetapi, setelah 20 tahun berkuasa sikap bangsa kita kepadanya berakhir buruk dan menciptakan kisah yang memilukan. Sampai sekarang, belum selesai jua. Anak cucu dan loyalis melanjutkan cerita yang belum selesai,” tegasnya.

Tidak hanya Bung Karno, Presiden kedua RI Soeharto juga tampaknya mengalami nasib tidak jauh berbeda. Awalnya dia dipuja sebagai penyelamat bangsa dari perpecahan dan komunisme.

Pak Harto juga dianggap sukses karena kemampuan manajerialnya, sampai-sampai orang membuat kajian tentang gaya manajemen seorang “the smiling general” itu.

“Dan bagaimana kita mengakhiri beliau setelah 30 tahun berkuasa? Sesuatu yang perih dan menciptakan rasa sakit yang tidak selesai sampai sekarang kepada pengikut setia beliau dan juga anak keturunannya. Terakhir kita dengar ada yang coba menghapus jejaknya dalam sejarah bangsa,” urai Fahri.

Mantan Wakil Ketua DPR RI itu menyimpulkan bahwa Bung Karno dan Pak Harto adalah presiden yang paling menelan pahitnya pengkhianatan. Sikap kroni berbalik dari yang semula memuja setinggi langit, kemudian berakhir dengan penolakan yang massif.

“Beliau berdua mungkin karena paling lama berkuasa, lalu terjadi distorsi generasi. Lahirlah generasi mahasiswa yg memaki dan memintanya turun paksa. Jika Bung Karno diberi gelar pahlawan baru di zaman presiden SBY, Pak Harto masih ditolak sampai sekarang. Dendam belum selesai,” kata Fahri. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.