Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Peran Soeharto Dikaburkan dalam Kepres 2/2022, Hardjuno Wiwoho: Rusak Bangsa Ini Kalau Akademisi Berpolitik

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ahmad-kiflan-wakik-1'>AHMAD KIFLAN WAKIK</a>
LAPORAN: AHMAD KIFLAN WAKIK
  • Selasa, 08 Maret 2022, 18:47 WIB
Peran Soeharto Dikaburkan dalam Kepres 2/2022, Hardjuno Wiwoho: Rusak Bangsa Ini Kalau Akademisi Berpolitik
Ketua Umum Hidupkan Masyarakat Sejahtera (HMS) Center, Hardjuno Wiwoho/Net
rmol news logo Mengesampingkan peran mendiang Presiden Soeharto dalam Serangan Umum (SU) 1 Maret 1949 di Yogyakarta, adalah upaya untuk mengaburkan catatan sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Begitu kritik Ketua Umum Hidupkan Masyarakat Sejahtera (HMS) Center, Hardjuno Wiwoho terhadap naskah akademik Keputusan Presiden (Keppres) 2/2022 tentang Hari Penegakan Kedaulatan Negara, yang belakangan dipolemikkan sejumlah tokoh dan sejarawan.

Dikatakan Hardjuno, terbitnya Kepres 2/2022 tidak ubahnya hanya sekadar langkah politis untuk merusak sejarah dan nama besar Soeharto.

“Jujur, saya hanya mengelus dada kalau intelektual, sejarawan, dipakai untuk kepentingan politis begini. Rusak negara kita kalau intelektual kampus, sejarawan, main-main politik,” kata Hardjuno saat konfrensi pers di Jakarta, Selasa (8/3).

Keppres 2/2022, yang memuat tentang Serangan Umum 1 Maret 1949 diteken Presiden Joko Widodo di Jakarta pada 24 Februari 2022.

Namun, Keppres 2/2022 menuai polemik karena tidak menyebut nama Soeharto sebagai tokoh sentral di dalam Serangan Umum 1 Maret 1949.

Padahal, Soeharto yang kala itu berpangkat Letnan Kolonel (Letkol) memiliki peran yang sangat besar saat peristiwa tersebut.

Hardjuno, melihat naskah akademik ini produk dari orang-orang yang ingin mencari muka kepada Presiden Joko Widodo. Pasalnya, Soeharto sangat berperan dalam pembangunan Indonesia.

Bahkan ditangan Soeharto, kata dia, Indonesia terbebasakan dari ancaman perang saudara dan juga kesusahan ekonomi. Tetapi, tidak satu pun jasa Presiden Soeharto yang dibanggakan dan justru yang dikampanyekan seolah-olah penuh kejahatan.

"Ini kan kebangetan banget. Dan ingat, Indonesia seperti sekarang ini juga karena jasa dan hasil keringat pak Harto. Jangan lupakan itu," tegasnya.

Berbeda dengan Soeharto, masih kata Hardjuno, Jokowi yang memiliki banyak sekali kritik di masa pemerintahannya selalu dipuja.

Seolah-olah di jaman pemerintahan Jokowi semuanya berisi kebaikan. Bahkan, ditulis sanggup membawa bangsa ini keluar dari neo imperialisme.

“Apa lupa berapa utang luar negeri kita di masa Jokowi? Apa lupa minyak goreng sampai nggak ada padahal negara kita kaya sawit? Apa lupa berapa hutan yang dijual ke imperialis?” pungkasnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA