Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Jelang Ramadan Harga Sembako Meroket dan Langka, Agus Ambo Djiwa Desak KPPU Lakukan Investigasi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/raiza-andini-1'>RAIZA ANDINI</a>
LAPORAN: RAIZA ANDINI
  • Kamis, 17 Maret 2022, 04:14 WIB
Jelang Ramadan Harga Sembako Meroket dan Langka, Agus Ambo Djiwa Desak KPPU Lakukan Investigasi
Salah satu kebutuhan pokok, minyak goreng/Net
rmol news logo Kelangkaan minyak goreng dan bahan pangan seperti minyak goreng, kedelai, daging, gula dan bahan pangan pokok diduga karena adanya permainan para spekulan.

Demikian ditegaskan Koordinator Presidium BPP PISPI, Agus Ambo Djiwa menyikapi polemik meroketnya harga sembako dan kelangkaan minyak goreng yang belum mampu dikendalikan pemerintah, Rabu (16/3).

Karena itu, Badan Pengurus Pusat Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia (BPP PISPI) mendesak kepada Komite Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia (KPPU RI) agar turun tangan.

"Meminta KPPU RI untuk segera melakukan investigasi terhadap tataniaga komoditi pangan secara komprehensif,” ujar Agus Ambo lewat keterangan tertulisnya, Rabu (16/3).

Tak hanya itu, Agus Ambo juga meminta agar Badan Pangan Nasional yang telah terbentuk segera melakukan percepatan konsolidasi untuk mengambil langkah-langkah nyata mengatasi persoalan pangan yang terjadi.

Karena kenaikan harga diiringi dengan kelangkaan stok akan membuat masyarakat kesulitan memenuhi kebutuhan pokok terlebih menjelang datangnya bulan suci Ramadan.

"Kita meminta pemerintah segera menuntaskan kelangkaan dan atau kenaikan harga bahan pangan seperti minyak goreng, cabe, kedelai, daging dan gula," katanya.

Khusus untuk kelangkaan minyak goreng yang telah menjadi “gorengan” banyak pihak, pemerintah harus segera mengambil tindakan tegas mengintervensi dan melakukan stabilisasi agar tak berlarut-larut persoalannya.

"Ironis jika negara penghasil CPO dan minyak goreng berbahan baku sawit terbesar di dunia namun rakyat kesulitan mendapatkannya,” tegasnya.

Menurutnya, struktur pasar minyak goreng yang bersifat oligopoli, dikuasai oleh hanya segelintir pemain yang menguasai dari hulu sampai hilir, mulai dari perkebunan, sarana produksi, pabrik kelapa sawit, pabrik minyak goreng, saluran distribusi sampai super market retailnya tergabung dalam kelompok bisnis yang sama.

Dia menilai potret suram ini mestinya memudahkan pemerintah melakukan intervensi untuk stabilisasi. Pemerintah mesti tegas jika sudah menyangkut hajat hidup rakyat, agar tak ada tafsir liar dalam menilai antara relasi bisnis dan kekuasaan.

"PISPI memberikan catatan khusus kepada Kementrian Pertanian, Kementrian Perdagangan dan Kementrian Perindustrian yang bertanggung jawab pada peningkatan produksi serta ketersediaan komoditi-komiditi pangan yang kini terjadi kelangkaan di masyarakat, termasuk Menko Perekonomian yang memiliki tupoksi mengorkestrasi kementrian terkait agar lebih meningkatkan kinerjanya,” demikian Agus Ambo.rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA