Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Soroti Mahalnya Biaya Haji, Legislator PKS: Raja Muhammad bin Salman Memandang Haji Bukan Sekadar Ibadah, Tapi sebagai Komoditas

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/raiza-andini-1'>RAIZA ANDINI</a>
LAPORAN: RAIZA ANDINI
  • Kamis, 24 Maret 2022, 05:53 WIB
Soroti Mahalnya Biaya Haji, Legislator PKS: Raja Muhammad bin Salman Memandang Haji Bukan Sekadar Ibadah, Tapi sebagai Komoditas
Anggota Komisi VIII DPR RI, Bukhori Yusuf/Ist
rmol news logo Undang-undang No. 34 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Haji urgensi untuk direvisi lantaran dianggap tidak memberikan kewenangan yang utuh bagi DPR dalam mengawasi pelaksanaan pengelolaan keuangan haji oleh BPKH.

Begitu yang disampaikan anggota Komisi VIII DPR RI, Bukhori Yusuf, yang menyoroti makin mahalnya ongkos pergi haji di masa pandemi Covid-19, Rabu (23/3).

Bukhori mengurai, pada Pasal 52 Ayat (5) UU Pengelolaan Keuangan Haji disebutkan, BPKH wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan keuangan haji yang belum diaudit kepada Presiden dan DPR melalui Menteri setiap 6 bulan.

Kemudian di Ayat (7) juga disebutkan, BPKH wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan Keuangan Haji yang telah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan kepada Presiden dan DPR melalui Menteri paling lambat tanggal 30 Juni tahun berikutnya.

Lebih lanjut, Bukhori mengatakan, BPKH perlu menyiapkan model yang tepat dan rasional dalam pengelolaan keuangan haji di masa mendatang. Pasalnya, ia memprediksi tantangan pengelolaan dana haji akan semakin berat jika mengacu pada tren global saat ini.

“Sejumlah negara mengeluhkan tingginya biaya yang diterapkan oleh otoritas Arab Saudi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sehingga wajar jika ada yang mengira bahwa tingginya cost tersebut akibat dampak dari pandemi, meskipun tidak sepenuhnya tepat,” jelas Bukhori, melalui keterangan tertulisnya, Rabu (23/3).

Padahal, lanjut Bukhori, tingginya biaya di Arab Saudi tersebut sebenarnya bisa dipahami sebagai konsekuensi logis dari cara pandang Arab Saudi di bawah Raja Muhammad Bin Salman (MBS) yang melihat penyelenggaraan haji sebagai suatu komoditas.

“Di masa Raja Faisal hingga Raja Salman, penyelenggaran haji masih dipandang sebagai ibadah, ibadallah. Namun saat ini, MBS justru melihatnya sebagai industri nonmigas yang menjanjikan bagi pemasukan negara,” tegasnya.

Oleh karena itu, Ketua DPP PKS ini mengingatkan, BPKH tidak bisa mempertahankan tata kelola keuangan haji dengan cara yang konservatif di tengah berkembangnya tren global dan perspektif baru Arab Saudi terkait penyelenggaraan haji.

"BPKH di masa mendatang dituntut memiliki kompetensi untuk secara jeli mengkapitalisasi peluang investasi dari dua fenomena itu dan mengonversikannya menjadi keuntungan optimal bagi kepentingan umat, dengan tetap mengutamakan aspek moralitas,” demikian Bukhori. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA