Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Bagi Dina Sulaeman, Nasib Ukraina Sama Seperti Suriah

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/raiza-andini-1'>RAIZA ANDINI</a>
LAPORAN: RAIZA ANDINI
  • Senin, 28 Maret 2022, 02:59 WIB
Bagi Dina Sulaeman, Nasib Ukraina Sama Seperti Suriah
Analis geopolitik Suriah, Dina Sulaeman/Net
rmol news logo Melihat persamaan antara Perang Ukraina dan Perang Suriah, tidak heran bagi masyarakat untuk berandai bahwa Ukraina adalah Suriah kedua.

Inti utamanya, kedua perang diinisiasi oleh Amerika Serikat dengan kepentingan ‘Demokrasi’ berpaket kepentingan ekonomi dan ‘dagang perang’.

Kedua negara, layaknya Suriah yang dipasok senjata oleh AS (pihak Syrian Democratic Force) dan diawali oleh permasalahan pipa gas Qatar, juga mirip dengan Ukraina yang dipasok senjata oleh AS juga (Militer Ukraina + NATO).

Narasumber Geopolitic Study Club Indonesia(GSC), sekaligus analis geopolitik Suriah, Dina Sulaeman mengatakan AS itu pada dasarnya bermain dengan ‘hegemoni liberalisme’.

“Saya merunut ucapan bapak pemikiran realisme di AS, yakni Mearsheimer, Ia mengatakan demokrasi AS itu sepaket dengan pasar bebas, institusi kebijakan, dan pengaturan kebijakan pertahanan negara,” ujar Dina dalam acara Zoom GSC dengan tajuk “Ukraina adalah Suriah lainnya”, Minggu malam (27/3).

Dina mengatakan, apa yang terjadi di Suriah dan Ukraina itu sama, yakni hegemoni liberalisme.

“Ukraina adalah salah satu proyek liberalisme AS, begitu pula Suriah, bukti utamanya adalah AS telah membujuk Ukraina untuk masuk ke hegemoni NATO-nya,” jelas penulis buku “Salju di Aleppo” itu.

“Di Suriah, AS memiliki kepentingan pipa gas Qatar, sedangkan di Ukraina itu adalah NordStream 2, bentuk perangnya juga sama, mayoritas hanya memasok senjata,” tambahnya.

Dikatakan Dina, NordStream2 yang intinya membuat Rusia lebih mudah memasok gas ke Eropa, itu dapat membuat Eropa melepas ketergantungan gas alamnya dari AS. Sama seperti Presiden Suriah, Bashar al-Assad, disaat ia menolak pasokan gas dari Qatar dan lebih memilih Iran karakter Assad langsung dibunuh.

Reaksinya juga sama, ketika bujukan dan kepentingan sudah ‘di ujung tanduk’ maka langkah selanjutnya bagi AS adalah ‘koersi demokrasi’.

Mirip juga gerak-geriknya, disaat konflik Suriah, AS menjelekkan nama dari pemimpin dari masing-masing negara.

“Lihat contoh Assad pada zaman itu, di media mainstream ia gambarkan sebagai pemimpin yang kejam dan diktator, ini juga sama bagi Putin untuk saat ini, di laman Wall Street Journal ia diilustrasikan mirip dengan Genghis Khan,” jelas Dina.

“Ingat loh, Assad itu Istrinya dari Inggris, juga sekolah di sana, jelas ia didikan barat. Namun setelah Assad menolak pasukan gas Qatar, media mainstream dengan cepat ‘mendemonisasikan’ identitasnya,” tegasnya.

Ada juga kemiripan dari Suriah dan Ukraina seperti proxy AS yang digunakan dalam memulai perang.

“Di sisi Suriah itu adalah ‘jihadis’ yang berkumandang demokrasi, kalau di Ukraina ini adalah kelompok ultra-kanan dan Neo-nazi,” ujarnya.

Namun demikian, AS terpaksa bergerak adalah ancaman bagi kepentingan ekonominya.

“AS itu diuntungkan oleh perang, kontraktor perang seperti Raytheon, Boeing, General Dynamics, dan Lockheed Martin itu mendanai lobbying elite politik di sana, sama juga seperti perusahaan migas raksasa AS,” ujar Dina merujuk kepada data OpenSecrets yang dirilis pada 2020.

“Lihat sekarang di Ukraina, kini AS meninggalkan mereka. AS hanya mengirim senjata dan peralatan ke Perang itu, ini sama seperti Suriah. Kalau di Suriah itu pipa Qatar dengan kepentingan lobbyist Israel, di Ukraina ini adalah NordStream2 yang mengancam pasokan gas AS ke Eropa,” tambahnya.

Dina mengatakan bahwa aktor ‘sebenarnya’ dibalik kedua perang tersebut adalah AS.

“Suriah itu bukan Suriah vs Teluk, melainkan AS dibantu oleh Teluk vs Suriah, begitu pula Ukraina, itu adalah AS dibantu Ukraina dan NATO vs Russia,” pungkasnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA