Ancaman AS itu, merupakan reaksi pada operasi militer Rusia terhadap Ukraina berdampak pada berbagai aspek sosial di antara negara-negara di dunia internasional.
Menyiakapi reaksi tersebut, Ketua Umum Indonesian Youth Community Network (IYCN), Fadli Rumakefing memandang, AS terlalu berlebihan dalam mengintervensi posisi Indonesia sebagai Presidensi G20.
“Olehnya itu, kami menolak hegemoni AS dalam memainkan peta konflik pada gelaran Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Group of Twenty (G20) Indonesia,†ujar Fadli dalam keterangannya, Sabtu (9/4).
Bagi Fadli, AS telah memanfaatkan momentum G20 Indonesia untuk memuluskan kepentingan politik dan sekutunya terkait demiliterisasi Rusia di Ukraina.
“Kalau Amerika Serikat bisa mengancam, kami Indonesia juga bisa mengacam boikot kehadiran AS pada gelaran KTT G20 tersebut,†tegasnya.
Sebagai tuan rumah, kata Fadli, sudah sepatutnya Indonesia netral dan memfasilitasi kehadiran seluruh anggota G20, tanpa terkecuali kehadiran Presiden Rusia Vladimir Putin.
"Kami menyambut baik kedatangan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk hadir pada agenda KTT G20 Indonesia," demikian Fadli.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: