Bagaimana tidak, ekonomi Pancasila yang sejatinya harus dijawantahkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bukan, justru menganut pasar bebas yang pada akhirnya menyengsarakan rakyat kecil.
Begitu disampaikan Pemrakarsa Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI), Jaya Suprana kepada Dekan Fakultas Pertanian UNILA, Prof. Irwan Sukri Banuwa dalam acara Jaya Suprana Show bertajuk "Dalam Menghasilkan Inovasi di Bidang Pertanian", Selasa sore (19/4).
"Menurut Bapak, apa sebenernya yang keliru pada bangsa ini? Kalau beras ternyata bisa di atasi harganya, dengan segala kritik dari pihak penganut pasar bebas. Kita Pancasila mengutamakan rakyat kecil. Apa yang keliru pada bangsa ini? Minyak goreng langka, harga menggila, harga sembako naik, semua kecuali beras. Kenapa?" tanya Jaya Suprana kepada Irwan Sukri Banuwa.
Menanggapi hal itu, Irwan Sukri menilai tidak ada yang keliru dalam mengambil kebijakan, baik itu yang dikeluarkan oleh pemerintah maupun lembaga atau instansi terkait yang berhak mengeluarkan kebijakan.
Hanya saja, dalam implementasi kebijakan itu seringkali tidak sinkron antar satu stakeholder dengan stakeholder yang lainnya.
"Saya pikir tidak ada yang keliru Pak Jaya dalam mengambil kebijakan. Tetapi mungkin kebijakan dari masing-masing organ yang ada di pemerintahan kita ini belum menyatu," kata Irwan Sukri Banuwa.
Ia berharap, ke depan pemerintah hingga perangkat paling bawah sekalipun bisa seirama dalam menjalankan sebuah kebijakan. Termasuk soal komoditas harga pangan dan kebutuhan pokok rakyat.
"Mudah-mudahan dengan menyatunya kebijakan dari hulu sampai hilir sehingga kelirumologinya Pak Jaya, tidak terjadi," demikian Irwan Sukri Banuwa lalu disambut tawa Jaya Suprana, tokoh yang mempopulerkan diksi "Kelirumologi".
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: