Dikatakan anggota Komisi VI DPR RI, Darmadi Durianto, anjloknya nilai saham GoTo, tidak jauh berbeda dengan yang dialami Bukalapak beberapa waktu lalu. Diketahui, nilai saham GoTo anjlok hingga level Rp 338.
"Sejak awal melantai di bursa nilai saham Bukalapak kala itu ada di kisaran Rp 850. Namun per Maret 2022 nilai saham mereka tergerus hingga 69,65 persen atau nilai sahamnya dikisaran harga Rp372," ujar Darmadi dalam keterangannya, Kamis (21/4).
Anjloknya nilai saham dua raksasa e-commerce itu, kata dia, karena keduanya yakni GoTo dan Bukalapak diduga sama-sama mengedepankan skema
predatory pricing dalam menjalankan bisnisnya.
"Q3 2021 Bukalapak rugi Rp 1,1 triliun. Akibat bakar-bakar uang dan diduga melakukan
predatory pricing (rusak harga pasar). Nilai saham Bukalapak juga anjlok kala itu, turun drastis nilai sahamnya," terangnya.
"Saya menduga skema
predatory pricing inilah yang menyebabkan nilai saham kedua e-commerce itu anjlok," imbuhnya.
Legislator PDI Perjuangan ini memandang, jatuhnya nilai saham GoTo karena struktur dan fondasi keuangan mereka rapuh.
"Terlihat dari saham mereka enggak bisa bertahan. Kalau pun naik pasti karena digoreng. Saya kira ruginya besar dua pemain tersebut. Patut diduga anjloknya saham mereka itu karena efek keseringan memainkan skema
predatory pricing," bebernya.
Selain itu, Darmadi menduga, faktor ketidakjujuran dalam menjalankan bisnis jadi salah satu indikator saham mereka rontok.
"Penjualan yang tertera tidak mencerminkan penjualan sesungguhnya," tandasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: