Pemerhati Intelijen Surya Fermana menilai, polarisasi atau keterbelahan yang terjadi di masyarakat akan terus berulang, jika perdebatan di seputar pemilihan presiden di Indonesia masih berkutat pada lingkaran yang sama.
"Jika tokoh-tokoh seperti Ganjar Pranowo yang digambarkan sebagai tokoh yang merepresentasikan atau banyak didukung oleh bekas pendukung Jokowi, Kemudian Prabowo yang didukung barisan FPI dan 212," ujar Surya kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (12/5).
Salah satu pembuktian dari polarisasi yang makin tajam di masyarakat, ditemukan Surya pada data pengamatannya di sejumlah media sosial.
"Di Medsos masih terus terjadi polarisasi jika membicarakan tokoh-tokoh tersebut, baik polarisasi secara eksesif populisme dan penggunaan politik identitas, serta kebencian antara pendukung ketiga tokoh ini," tuturnya.
Maka dari itu, Surya melihat semenjak Pilpres 2019 berakhir polarisasi di masyarakat tetap terjadi, meski Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan pasangan Cawapresnya kala itu Sandiaga Salahuddin Uno, sudah bergabung dalam pemerintahan.
"Polarisasi yg terlalu lama dan makin tajam dapat berujung pada disintegrasi bangsa. Menjelang Pemilu 2024 diperlukan sosok yang bisa menyudahi polarisasi," imbuhnya.
Sebaliknya, dari pengamatannya di Medsos terdapat satu nama Capres yang justru sama sekali tidak memunculkan polarisasi di masyarakat, justru menjadi harapan.
"Airlangga, adalah sosok yang mampu merangkul semua kalangan apalagi Partai Golkar punya
track record sebagai partai pemersatu. Untuk menyempurnakan perdamaian dan stabilitas pasangan Airlangga yang cocok adalah dari kalangan militer," ucapnya.
"Tantangan Indonesia cukup berat ke depan menyelesaikan dampak Covid 19 dan gejolak geopolitik yang makin panas," pungkas Surya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: