Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Hergun: Ancaman Inflasi Bisa jadi Tantangan Besar Indonesia Setelah Covid-19

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/raiza-andini-1'>RAIZA ANDINI</a>
LAPORAN: RAIZA ANDINI
  • Selasa, 17 Mei 2022, 23:17 WIB
Hergun: Ancaman Inflasi Bisa jadi Tantangan Besar Indonesia Setelah Covid-19
Anggota Komisi XI DPR RI Heri Gunawan/Net
rmol news logo Angka inflasi pada periode April 2022 di Indonesia sudah mencapai 3,47 persen year on year (YoY). Angka tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh meningkatnya demand setelah bulan suci Ramadhan 1443 H.

Namun demikian, inflasi juga disebabkan oleh inflasi global, salah satunya akibat konflik Rusia-Ukraina yang perlahan-lahan bertransmisi ke Indonesia.

Begitu analisa anggota Komisi XI DPR RI Heri Gunawan dalam menyikapi inflasi yang diprediksi akan mengalami peningkatan di Indonesia lewat keterangan tertulisnya, Selasa (17/5).

“Konflik Rusia dan Ukraina telah mendorong harga komoditas di pasar global melonjak, seperti minyak sawit (CPO), Batu Bara, Minyak Mentah, Timah, Tembaga, hingga nikel pada kuartal I-2022,” ujar Hergun.

Pihaknya mengurai berdasarkan data statistik komoditas saat ini harga CPO tercatat melonjak 18,44persen quartal to quartal (qtq) dan 52,74 persen  year on year (yoy), harga batubara meningkat 40,24 persen (qtq) dan 153,32 persen (yoy), minyak mentah 23,43 persen (qtq) dan 62,94 persen (yoy), timah 11,54 persen (qtq) dan 72,28 persen (yoy), tembaga 2,91persen (qtq) dan 17,79persen (yoy), serta nikel 35,38persen (qtq) dan 51,92 year (yoy).

Menurutnya, kenaikan harga komoditas global memang telah memberi manfaat terhadap perdagangan Indonesia. Selama kuartal I-2022, ekspor tumbuh agresif menjadi 66,14 miliar dolar AS. Demikian pula dengan impor yang mencapai 56,82 miliar dolar AS, sehingga neraca perdagangan tercatat surplus 9,33 miliar dolar AS.

Selain itu, kenaikan komoditas global juga telah berkontribusi terhadap pertumbuhan PDB Indonesia. BPS mengumumkan pada kuartal I-2022 perekonomian Indonesia tumbuh 5,01persen. Bahkan kinerja ekspor mampu tumbuh siginifikan di saat konsumsi pemerintah mengalami kontraksi.

“Pertumbuhan PDB sebesar 5,01 persen ditopang dari konsumsi rumah tangga sebesar 2,35 persen, PMTB/Investasi 1,33 persen, Net Ekspor 0,82 persen, dan lainnya 0,51 persen. Kontribusi Net Eskpor lebih besar dibanding konsumsi pemerintah,” urainya.

Selanjutnya, kata Hergun, kinerja ekspor menunjukkan tingkat pertumbuhan yang paling tinggi yakni tumbuh 16,22 persen, disusul impor 15,03 persen, konsumsi rumah tangga 4,34 persen, PMTB/Investasi 4,09 persen, dan konsumsi pemerintah terkontraksi 7,74 persen.

“Namun, dampak negatif kenaikan komoditas, juga sudah dirasakan rakyat Indonesia. Diantaranya berupa kenaikan harga dan kelangkaan minyak goreng, hingga akhirnya pemerintah memutuskan melarang ekspor RBD Palm Olein atau bahan baku minyak goreng. Kebijakan ini diberlakukan sampai tercapai minyak goreng curah Rp14 ribu per liter di pasar tradisonal,” tegasnya.

“Komoditas lainnya yang memberikan andil terhadap naiknya inflasi pada April 2022 antara lain daging ayam ras, daging sapi, telur ayam ras, dan ikan segar. Selain itu, yang turut mendorong inflasi adalah bahan bakar rumah tangga, BBM, dan angkutan udara,” demikian Hergun.rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA