Ketua Institut Harkat Negeri Sudirman Said menyampaikan hal tersebut dalam acara Peringatan dan Refleksi 24 Tahun Reformasi bertajuk "Reformasi dan Jalan Keluar Krisis", yang digelar hybrid di Bimasena Club di Jalan Dharmawangsa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (21/5).
"Kita perlu jalur tengah, tidak kanan tidak kiri, tidak cebong tidak kadrun, tapi menjadi tempat untuk berhimpun. Kita memerlukaan satu jalur untuk bertukar pikiran secara jernih," ujar Sudirman Said.
Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) ini memandang, Indonesia tengah berada di ambang krisis, jika mellihat perkembangan yag nampak di permukaan saat ini.
"Seluruh aspek kehidupan bernegara kita mulai hukum, HAM, politik, ekonomi, sosial itu sesungguhnya kita tengah menghadapi masalah kritis," ujar Sudirman Said .
Di samping itu, Sudirman Said juga melihat maslaah lain yang mengganderungi masyarakat. Yaitu soal peranan sosial elemen-elemen masyarakat yang semakin melemah di era pemerintahan Presiden Joko Widodo.
"Kami melihat dari waktu ke waktu ada elemen-elemen yang hari ke hari semakin lemah utamanya terhadap kekuasaan formal," tuturnya.
Maka dari itu, jalur tengah dianggap penting oleh Sudirman Said untuk menghindari potensi terjadinya gejolak seperti yang terjadi di Srilanka.
"Sehingga
warning soal Srilanka atau Filipina itu bisa dihindari," tandasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: