Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Hadapi Pilpres 2024, Airlangga Hartarto Bisa Belajar dari Kesuksesan SBY

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ahmad-satryo-1'>AHMAD SATRYO</a>
LAPORAN: AHMAD SATRYO
  • Rabu, 25 Mei 2022, 19:21 WIB
Hadapi Pilpres 2024, Airlangga Hartarto Bisa Belajar dari Kesuksesan SBY
Ketum Partai Golkar yang sekaligus Menko Perekonomian Airlangga Hartarto/Net
rmol news logo Urusan pemenangan pemilihan presiden (Pilpres) 2024 tak akan jadi ganjalan bagi Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto, apabila bisa belajar dari Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Begitu analisis Peneliti Ahli Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional, Prof. Siti Zuhro, saat berbicara soal peluang Airlangga Hartarto dalam kontestasi politik 2024.

Siti Zuhro menjelaskan, Airlangga tidak memiliki kendala administratif untuk maju sebagai Capres, selama poros koalisi yang dia bentuk, Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang diisi Golkar, PPP, dan PAN bisa kompak mendukungnya.

"Kalau secara persyaratan PT (presidential threshold) memenuhi, itu secara administratif, tapi itu baru tataran verifikasi administratif. Verifikasi untuk keterpilihan itu yang banyak faktor," ujar Siti saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (25/5).

Mantan peneliti politik senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ini menjabarkan, faktor verifikasi keterpilihan sangat ditentukan sosok Capres.

Menurutnya, Capres harus memiliki tingkat keterpilihan yang tinggi untuk bisa membius masyarakat agar bisa memilihnya di hari h pencoblosan Pilpres 2024 nanti.

"Dalam Pilkada ataupun Pilpres langsung itu yang paling menentukan itu calon nomor satu (Capres). Sementara calon nomor dua (Cawapres) dan partai-partai itu hanya menyempurnakan saja," tuturnya.

Melihat perkembangan yang ada mengenai tingkat keterpilihan Airlangga saat ini, Siti Zuhro menyarankan agar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian ini bisa menggunakan strategi-strategi politik yang menyentuh langsung kepentingan masyarakat.

"Airlangga harus membuai masyarakat luas dengan kebijakannya yang menguntungkan orang-orang yang tidak beruntung. Membuat simpul-simpul kebijakan yang strategis," katanya.

Contoh konkret pemenangan Pilpres yang ditentukan oleh tingkat keterpilihan Capres, Siti Zuhro menyampaikan kesuksesan SBY pada Pilpres 2009.

"Ibaratnya, walaupun nomor satu (Capres) dipasangkan dengan tiang listrik, ya kaya Pak SBY tidak peduli dia (pusing pilih Cawapres). Akhirnya Pak Boediono juga (yang dipilih). Itu karena tingkat keterpilihannya yang luar biasa sehingga memungkinkan dia menang," demikian Siti Zuhro. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA