Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kata Din Syamsuddin, Konsep Tionghoa Identik dengan Wasathiyah

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/faisal-aristama-1'>FAISAL ARISTAMA</a>
LAPORAN: FAISAL ARISTAMA
  • Kamis, 02 Juni 2022, 09:55 WIB
Kata Din Syamsuddin, Konsep Tionghoa Identik dengan Wasathiyah
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin (kedua kanan) menghadiri acara Media Dialog dalam rangka Perayaan Idul Fitri 1443 H yang diselenggarakan oleh Chengho Multicultural and Education Trust di Kuala Lumpur/Ist
rmol news logo Ada persinggungan atau peririsan antara Konsep Tionghoa dari Peradaban China dan Wasathiyah dalam Islam.

Demikian kesimpulan yang menyeruak dari sebuah acara yang bertajuk Media Dialog dalam rangka Perayaan Idul Fitri 1443 H yang diselenggarakan oleh Chengho Multicultural and Education Trust di Kuala Lumpur, Rabu (1/6).

Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, yang diundang secara khusus ke forum tersebut menjelaskan, konsep wawasan Wasathiyah Islam.

Ketua World Fulcrum of Wasathiyat Islam (Poros Dunia Wasathiyat Islam) ini menjelaskan bahwa wasathiyah adalah watak ajaran Islam dan umat Islam dijadikan Allah SWT sebagai Ummatan Wasathan (Umat Jalan Tengah).

Wasathiyah menolak segala bentuk ekstrimisme yang menampilkan perilaku melampaui batas. Pada saat yang sama juga menentang segala bentuk egosentrisme baik keagamaan, kebangsaan, dan pengelompokan sosial-budaya serta politik.

“Menurut Din Syamsuddin, ada tujuh kriteria Wasathiyat Islam, yaitu i'tidal (berlaku adil dan menegakkan keadilan), tawazun (keseimbangan), tasamuh (toleransi), syura (bermusyawarah), ishlah (melakukan perbaikan dan perdamaian), qudwah (melakukan prakarsa perbaikan), dan muwathanah (kewargaan yakni menerima dan membangun negara),” urainya.

Terhadap Falsafah Tionghoa yang dijelaskan sebagai jalan tengah untuk kemakmuran, Din menyambut positif dan mengatakan bahwa falsafah itu beririsan dan sejalan dengan Wasathiyat Islam (Wawasan Jalan Tengah Islam). Oleh karena itu, kedua pandangan dunia tersebut dapat diarusutamakan sebagai dasar solusi bagi adanya peradaban baru yg damai, sejahtera, adil, makmur, dan beradab.

Sementara, Pendiri Chengho Multicultural and Education Trust, Malaysia, Tan Sri Lee Kim Yew sepakat bahwa kedua falsafah/wawasan ini, Wasathiyah dan Tionghoa, menjadi tema The 8th World Peace Forum (Forum Perdamaian Dunia Ke-8) yang akan diselenggarakan pada 16-17 Nopember 2022 di Solo.

Forum ini akan menghadirkan sekitar 100 tokoh agama dan cendekiawan dari berbagai negara ini diharapkan dapat bekerja sama dengan Panitia Muktamar Muhammadiyah atau Universitas  Muhammadiyah Surakarta sebagai mitra.

World Peace Forum, kerja sama antara Centre for Dialogue and Cooperation among Civilizations/CDCC pimpinan Din Syamsuddin dan Chengho Multicultural and Education Trust pimpinan Tan Sri Lee Kim Yew, telah berlangsung sebagai forum dwi tahunan sejak 2006, dengan mengambil tema besar One Humanity, One Destiny, One Responsibility (Satu Kemanusiaan, Satu Tujuan, Satu Tanggung Jawab).

Menurut Tan Sri Lee Kim Yew, Tionghoa (di Indonesia disebut Tionghoa) adalah sebuah falsafah, bukan nama kaum atau golongan. Falsafah ini terdiri dari dua kata yakni Tiong yang berarti jalan tengah, dan Hua yang mengandung arti kerja sama dan kemakmuran.

“Secara ringkas, Tionghoa berarti jalan tengah untuk kemakmuran bersama,” katanya.

Sebagai falsafah, menurut Lee Kim Yew, seorang pengusaha dan pemerhati masalah keagamaan dan peradaban, Tionghoa berasal dari Ajaran Konghucu. Kata China atau Cina datang belakangan dan lebih merupakan penamaan terhadap sebuah negara atau bangsa. Falsafah Tionghoa bisa dilekatkan kepada China tapi juga dinisbatkan kepada orang lain asalkan menghayati dan mengamalkan falsafah tersebut.

“Falsafah Tionghoa menurunkan sepuluh nilai kebaikan atau keutamaan, di antaranya kejujuran, loyalitas, dan rasa malu (terhadap keburukan), dan perhatian kepada keluarga,” ujarnya.

Dialog yang diikuti sekitar 60 orang itu menghadirkan sebagai pembicara Tan Sri Lee Kim Yew, Pendiri Chengho Multicultural and Education Trust, Malaysia, Prof. M. Din Syamsuddin, Ketua Centre for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC), Jakarta, Tuan Sheikh Hussain Lee, Ketua Pertubuhan Alkhadeem, Kuala Lumpur, Dato' Shamsul Najmi bin Shamsuddin, Pengarah Tionghoa Foundation, dan moderator Dato' Mohd Zaini bin Hassan, Pendiri BebasNews.my, Malaysia. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA