Begitu disampaikan pengamat politik Jamiluddin Ritonga ketika berbincang dengan
Kantor Berita Politik RMOL, terkait Projo yang telah meninggalkan PDIP, Selasa (14/6).
Menurutnya, sebagai relawan Jokowi, Projo bukan bagian dari PDIP ataupu bukan organ inti PDIP. Sehingga, jika 2024 mendatang PDIP tidak meloloskan wacana penambahan masa jabatan presiden, maka wajar jika Projo tidak lagi bersama partai banteng moncong putih tersebut.
"Jadi, wajar saja bila Projo tidak seirama dengan PDIP. Wajar juga bila Projo tidak mendukung PDIP dalam pencapresan 2024,†ujar Jamiluddin.
Jamiluddin menguraikan pada tahun 2014 dan 2019, Projo seiring sejalan dengan PDIP karena ada kepentingan bersama. Baik Projo dan PDIP sama-sama berkepentingan untuk memenangkan Jokowi.
"Jadi, kalau Projo tidak bersama lagi dengan PDIP, itu semata karena tidak ada lagi kepentingan bersama yang akan diperjuangkan dalam pilptes 2024. Ini artinya, Projo kemungkinan akan mendukung capres yang berbeda dengan PDIP,†katanya.
Dia menambahkan, PDIP akan tetap eksis pada Pemilu 2024 mendatang. Indikasi ke arah itu dapat dilihat dari elekrabilitas PDIP yang selalu berada di peringkat pertama.
"Karena itu, tanpa Projo, PDIP tampaknya akan tetap berjaya pada pileg 2024. Bahkan kalau PDIP tetap konsisten seperti sekarang, peluang kembali memenangkan Pileg sangat besar,†pungkasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: