Ini koalisi belum terbentuk, masih kategori penjajakan seperti halnya koalisi semut merah," tutur Direktur Eksekutif Arus Survei Indonesia Ali Rif'an, saat dihubungi
Kantor Berita Politik RMOL, Senin (20/6).
Ali berpendapat, semua elite parpol, termasuk perkawinan Partai Golkar, PAN, dan PPP dalam bentuk Koalisi Indonesia Bersatu belum sepenuhnya bisa dibilang sebagai satu koalisi.
"Karena bagi saya koalisi sudah final ketika sudah mengusung Capresnya dan didaftarkan ke KPU. KIB juga belum bisa disebut permanen, kalau belum didaftarkan KPU dan belum mengusung capres-cawapres, bahkan bisa bertambah anggotanya atau mungkin bubar di jalan," katanya.
Karenanya, mahasiswa doktoral ilmu politik Universitas Indonesia ini melihat, jelang tahapn pendaftaran capres-cawapres ke Komisi Pemilihan Umum pada Oktober 2023 mendatang, elite parpol aka semakin sering melakukan pertemuan silang.
"Pasti dinamikanya sangat kencang. Tokoh-tokoh politik akan melakukan safari atau saling bersilaturahmi politik. Untuk apa? Supaya bisa mengusung Capres, karena secara undang-undang untuk mengusung Capres harus memenuhi 20 persen perolehan kursi di DPR atau 25 persen suara nasional," paparnya.
Meski begitu, secara peluang Gerindra dan PKB sangat mungkin membentuk koalisi KIR, mengingat komposisi keduanya memiliki keuntungan dari segi elektoral.
"Apakah koalisi PKB Gerindra mungkin terjadi? Sangat mungkin, karena satu partai nasionalis dan satu lagi religius. Dan ceruk pemilih Indonesia itu nasionalis religius. Gerindra dan PKB mewakili itu," ujarnya menutup.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: