Seperti disampaikan Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, Presiden Jokowi dan Indonesia tidak memiliki kepentingan khusus yang terkait dengan salah satu negara.
Alasan itu juga yang membuat lawatan Jokowi bersama Ibu Negara Iriana disambut secara terbuka. Baik oleh Ukraina maupun Rusia.
“Tidak ada pemimpin negara yang bisa dipercaya membantu untuk mengatasi konflik kedua negara kecuali Jokowi,†kata Burhanuddin dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (2/7).
Burhanuddin mencontohkan, negara besar seperti China juga tidak bisa berperan banyak untuk mendamaikan kedua negara. Karena Negeri Tirai Bambu dianggap terlalu condong ke Rusia.
Di sisi lain, Burhanuddin juga menilai misi perdamaian yang dilakukan Jokowi bisa menyelamatkan dunia dari krisis pangan. Mengingat Ukraina merupakan negara penghasil gandum. Sementara Rusia terkorelasi sebagai produsen pupuk.
Dalam catatan Persatuan Bangsa Bangsa (PBB), sebanyak 1,6 miliar orang di berbagai negara bakal menanggung dampak dari perang antara dua negara bekas Uni Soviet tersebut.
“Kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia membawa motif kemanusiaan. Kalau tidak ada yang mendamaikan, maka dunia terancam krisis pangan serius,†tandas Burhanuddin.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: