“Sri Lanka memang bukan satu-satunya. Bank Dunia atau World Bank, International Monetary Fund (IMF) menyampaikan kurang lebih 60 negara yang akan ambruk ekonominya,†kata Anggota Komisi XI DPR RI fraksi PKS, Anis Byarwati saat berbincang dengan
Kantor Berita Politik RMOL beberapa saat lalu di Jakarta, Selasa (12/7).
Atas dasar itu, Anis menilai bahwa Indonesia pun harus menanti-wanti potensi krisis yang bisa saja terjadi dengan cara menguatkan ketahanan fiskal maupun moneter.
“Hal ini jelas harus menjadi
warning bagi Indonesia. Indonesia harus ekstra hati-hati dalam melaksanakan kebijakan baik fiskal maupun moneternya,†tegasnya.
Apalagi, kata Politikus PKS ini, di tengah kondisi dunia yang sedang menghadapi ancaman krisis pangan dan energi, Indonesia juga pasti menjadi salah satu negara yang terdampak kondisi tersebut.
“Ditambah dengan masyarakat yang juga sedang tidak baik-baik saja. Kita sedang menghadapi masalah harga yang melambung tinggi, naiknya angka kemiskinan dan pengangguran, serta proses pemulihan ekonomi pasca Covid-19 yang masih menjadi masalah nasional,†demikian Anis.
Krisis ekonomi parah dan terburuk yang dialami Sri Lanka mendorong ratusan ribu warganya menggelar aksi unjuk rasa besar-besaran selama akhir pekan lalu.
Pada Sabtu (9/7), ribuan pengunjuk rasa menduduki kediaman presiden dan perdana menteri, serta merangsek masuk ke kantor pemerintahan. Mereka menuntut pengunduran diri Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa dan Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe.
Tak hanya Srilanka, negara-negara lain seperti Albania, Argentina, Panama, Kenya, hingga Ghana pun mengalami gejolak. Bahkan, aksi unjuk rasa karena meningkatnya biaya hidup juga terjadi di Belanda, Belgia, Italia, dan China.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: