Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

AS Alami Inflasi, Pemerintah Diwanti-wanti Tak Naikkan Harga Kebutuhan Pokok

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/faisal-aristama-1'>FAISAL ARISTAMA</a>
LAPORAN: FAISAL ARISTAMA
  • Jumat, 15 Juli 2022, 09:59 WIB
AS Alami Inflasi, Pemerintah Diwanti-wanti Tak Naikkan Harga Kebutuhan Pokok
Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Bidang Ekonomi dan Keuangan, Anis Byarwati/Net
rmol news logo Pemerintah diingatkan untuk tidak menaikkan harga-harga kebutuhan pokok masyarakat. Menyusul inflasi di Amerika Serikat (AS) yang melonjak hingga 9,1 persen pada Juni 2022 yang bisa berdampak terhadap perekonomian Indonesia.

Bahkan, sejumlah pihak mendesak Bank Indonesia segera menaikkan suku bunga untuk menyelamatkan diri dari dampak inflasi AS.

“Ya, memang benar tentang kondisi lonjakan inflasi AS pascaterjadinya perang Ukraina dan Rusia. Tingginya inflasi AS tahun ini tentu berdampak ke beberapa negara termasuk ke Indonesia,” jelas Ketua DPP Bidang Ekonomi dan Keuangan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Anis Byarwati, kepada wartawan, Jumat (15/7).

Lebih jauh Anis mengurai, inflasi yang terjadi di AS tersebut akan berkaitan erat dengan kenaikan suku bunga. Dengan rencana The Fed menaikkan suku bunga untuk menekan inflasi, itu yang dapat mendorong kenaikan dollar AS, memicu capital outflow, juga kenaikan harga komoditas.

"Yang nantinya akan berdampak pada kenaikan inflasi di negara kita,” ujar Anis.

Namun demikian, anggota Komisi XI DPR RI ini menyebut masih ada sisi keuntungan yang bisa diraih oleh Indonesia.

"Kenaikan komoditas seperti batu bara, sawit, akan menguntungkan bagi Indonesia karena kita adalah negara eksportir komoditas tersebut. Tetapi untuk minyak mentah akan berbeda karena kita negara importir,” tuturnya.

Anis menekankan, saat ini yang paling penting adalah bagaimana pemerintah menjaga daya beli masyarakat. Karena inflasi akan berdampak pada kenaikan harga, yang saat ini tidak diimbangi dengan kenaikan pendapatan. Utamanya bagi kalangan menengah ke bawah.

"Kondisi masyarakat kita saat ini sedang dalam masa pemulihan akibat dampak pandemi, dan sangat disayangkan masyarakat harus langsung dihadapkan pada melambungnya harga berbagai kebutuhan pokok yang akan semakin menurunkan daya beli,” tegasnya.

Selain itu, Anis juga meminta pemerintah menjaga stabilitas harga BBM dengan berupaya keras untuk tidak menaikkan BBM, listrik dan juga gas karena hal ini akan semakin memberatkan beban masyarakat. Apalagi dengan PPN yang baru saja naik menjadi 11 persen.

“Pemerintah juga harus meningkatkan keberpihakan kepada UMKM termasuk usaha ultramikro, pemberian subsidi bagi petani dan nelayan sebagai salah satu pengendali inflasi,” paparnya.

Lebih lanjut, Anis juga mengingatkan satu hal yang harus dicermati oleh pemerintah. Yaitu tingginya ketergantungan Indonesia terhadap impor. Ketergantungan ini selain memicu naiknya inflasi juga dapat memperparah depresiasi nilai tukar rupiah.

"Untuk itu, sangat penting upaya pemerintah untuk meningkatkan produktivitas dan ketahanan pada potensi dalam negeri," kata dia.

Tak hanya itu, lanjut Anis, komitmen pemerintah dalam menjaga ketahanan pangan yang tidak hanya diarahkan untuk mencapai kecukupan pangan, tetapi lebih diarahkan untuk mencapai kemandirian dan kedaulatan pangan.  

“Jadi, cinta produk dalam negeri tidak hanya menjadi slogan, tetapi secara nyata diwujudkan dalam setiap aspek kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah,” demikian Anis. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA