Sekretaris Jenderal Partai Gelora, Mahfudz Siddiq menuturkan, diplomasi ketuk pintu biasanya memang tidak langsung menghasilkan kesuksesan di awal, atau di "ketukan pertama".
"Ketika diplomasi ketuk pintu disambut baik oleh para pihak yang bertikai dan diapresiasi negara-negara lain di dunia, maka itu indikator keberhasilan awal diplomasi ini," tutur Mahfudz di Webinar Moya Institute bertajuk 'Prospek Penyelesaian Perang Rusia-Ukraina: Upaya Kolektif atau Individual?', Jumat (22/7).
Bagi Gelora, cara diplomasi Presiden Jokowi ini patut dilanjutkan, termasuk di Forum G20 di Bali yang akan dihadiri para pemimpin negara-negara besar.
"Semoga forum G20 bisa dimanfaatkan presiden untuk merajut kembali ide-ide yang sudah dibicarakan dalam kunjungannya ke Rusia dan Ukraina untuk mencari penyelesaian diplomatik dari perang ini," lanjut Mahfudz.
Dalam webinar yang sama, Direktur Jenderal AS-Eropa Kemenlu, I Gede Ngurah Swajaya menyebut ada langkah-langkah yang harus dilakukan para pemimpin dunia untuk mengatasi dampak peperangan antara Rusia dan Ukraina.
Peperangan kedua negara itu telah berpotensi menimbulkan berbagai krisis di dunia ini, mulai dari krisis kemanusiaan, krisis pangan, dan krisis energi.
"Karena itulah, ketika Presiden Jokowi mendapatkan undangan dari G7 sebagai mitra, beliau memanfaatkan momentum itu untuk berkomunikasi dengan para pemimpin G7 guna membantu penghentian perang antara Rusia dan Ukraina," ujar Ngurah.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
Lawatan Presiden Joko Widodo ke Rusia dan Ukraina beberapa waktu lalu disebut sebagai diplomasi "ketuk pintu". 
BERITA TERKAIT: