Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Koalisi Nasdem dan PDIP Bisa Cegah Divide Goverment dan Divide Society

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ahmad-satryo-1'>AHMAD SATRYO</a>
LAPORAN: AHMAD SATRYO
  • Senin, 25 Juli 2022, 10:57 WIB
Koalisi Nasdem dan PDIP Bisa Cegah <i>Divide Goverment</i> dan <i>Divide Society</i>
Ketua DPP PDIP Puan Maharani bersama Ketua Umum Nasdem Surya Paloh dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri/Net
rmol news logo Komunikasi yang intens antarelite Partai Nasdem dengan PDI Perjuangan mampu mencegah dampak politik yang kemungkinan muncul setelah pelaksanaan Pemilu Serentak 2024.

Begitu analisis pengamat politik Universitas Indonesia (UI), Ade Reza Haryadi, menanggapi isu renggangnya hubungan antara Nasdem dan PDIP, pasca Surya Paloh menyinggung Megawati Soekarnoputri untuk membuka komunikasi dengannya.

Menurut Reza, Nasdem dan PDIP punya peluang untuk membangun koalisi Pilpres 2024, mengingat keduanya merupakan partai politik (parpol) koalisi pemerintahan Presiden Joko Widodo.

"Kalau bisa berkomunikasi secara intens dengan komitmen dan visi kebangsaan yang sama dalam membangun suatu postur pemerintahan yang efektif, kuat, dan komitmen pada kepentingan publik melalui Pemilu 2024, saya kira ini baik, bisa menjadi harapan bagi masyarakat," ujar Reza kepada Kantor Berita Politik RMOL, Senin (25/7).

Reza melihat, perspektif pemilih Indonesia pada tahun politik 2024 sangat mengharapkan tidak ada fragmentasi, dan pemenang pemilu bisa mendapat dukungan mayoritas rakyat sekaligus dukungan legislatifnya.

"Jika tidak, maka nanti kita akan dihadapkan dua persoalan besar," sambungnya menegaskan.

Dua persoalan besar yang kemunginan muncul setelah pelaksanaan Pemilu Serentak 2024, akibat kosolidasi parpol yang tidak efektif, erat kaitannya dengan pengalaman pemilu-pemilu sebelumnya.

"Pertama, potensi divided goverment. Jadi seperti fenomena Pak Jokowi di awal kekuasaannya, itu kan divided goverment. Beliau menang pemilu presiden, tapi kalah pendukungnya di pemilu legislatif, sehingga tidak cukup memberikan jaminan stabilitas politik yang kuat," papar Reza.

"Sehingga hampir setahun (sampai) dua tahun periode pertama pemerintahannya itu isinya adalah konsolidasi mengatasi konflik KMP (Koalisi Merah Putih), KIH (Koalisi Indonesia Hebat) dan seterusnya," tambahnya.

Kemudian perosalan kedua yang kemungkinan muncul, lanjut Reza, adalah gejala masyarakat yang terbelah akibat capres yang dinominasikan oleh parpol sejak awal tidak didukung oleh kekuatan yang besar, dan hanya bisa memenangkan pilpres tapi tidak untuk legislatif.

"Kemudian potensi selain divided goverment adalah divided society, gejala masyarakat yang terbelah karena polarisasi yang kuat secara politik bertransformasi pada polarisasi sosial. Apalagi dibungkus oleh isu-isu politik identitas, tentu kita akan sangat khawatir," tuturnya.

Maka dari itu, Reza memandang perlu bagi Partai Nasdem untuk lebih dulu membuka ruang komunikasi dengan PDIP selaku parpol pemenang pemilu sebelumnya.

"Jadi kalau Pak Surya Paloh dan Bu Mega berhasil membangun suatu komunikasi politik yang intens, menyamakan persepsi politik kebangsaan, maka ini bisa menadi jembatan untuk membangun koalisi mayoritas yang menjanjikan untuk memenangkan Pilpres sekaligus pemilu legislatif," demikian Reza. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA