Hal ini membuat Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofoisika (BMKG) memaksimalkan peranannya dalam pemantauan daerah aliran sungai (DAS).
Deputi Klimatalogi BMKG Dodo Gunawan menjelaskan persoalan itu dalam acara Kongres Gerakan Restorasi Sugai Indonesia ke-3 yang digelar virtual, Rabu (27/7).
Dodo mengatakan, Indonesia merupakan sebuah negara yang paling sering menghadapi bencana hidrometeorologi. Akan tetapi, terjadi ketidakwajaran cuaca akhir-akhir ini, melihat pada musim panas ini justru curah hujan di beberapa daerah cukup tinggi.
"Kadangkala di situlah kita sering menghadapi bencana hidrometeorologi, di samping hujan sebagai anugerah bagi Indonesia dalam aktvitas pertanian maupun sektor lainnya. sehingga ini yang perlu mendapat perhatian kita," ujar Dodo.
Sesuai peranannya, dijelaskan Dodo, BMKG bertugas melakuan pegamatan cuaca, iklim, kegempaan. Selain itu, BMKG juga memberikan informasi yang sangat bermanfaat untuk wilayah Indonesia terkait curah ujan.
"Oleh karena itu dalam konteks di sungai ataupun DAS, kita selalu melakukan monitoring, karena itu dapat berdampak pada bencana hidrometeorologi," sambungnya menegaskan.
Sebagai contoh kasus, Dodo menyebutkan banjir besar di Semarang pada 6 Februari 2021 lalu yang disebabkan curah hujan yang tinggi ditambah potensi pasang air laut sekitarnya
"Saat terjadi gelombang tinggi, banjir rob, menyebabkan aliran sungai di darat lambat mengalir ke laut," paparnya.
Menurut Dodo, kalau dilihat dari sisi waktu kejadian, banjir yang terjadi tersebut adalah dampak dari perubahan iklim di saat secara umum musim kemarau, tapi di beberapa tempat terjadi curah hujan tinggi, dan akhirnya terjadi banjir.
"Ini anomali iklim, cuaca, sudah terjadi, bahkan ini terjadi secara global," demikian Dodo.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: