Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Ketua PMII Kuningan Khawatir Kekuatan Oligarki Kalahkan Partisipasi Rakyat pada Pemilu 2024

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ahmad-kiflan-wakik-1'>AHMAD KIFLAN WAKIK</a>
LAPORAN: AHMAD KIFLAN WAKIK
  • Sabtu, 30 Juli 2022, 20:54 WIB
Ketua PMII Kuningan Khawatir Kekuatan Oligarki Kalahkan Partisipasi Rakyat pada Pemilu 2024
Pemilu serentak/Ist
rmol news logo Jaringan aktivis pemuda dan mahasiswa Kuningan, Jawa Barat, mengajak masyarakat untuk aktif berpartisipasi dalam hajatan rakyat lima tahunan dalam gelaran Pemilihan Umum (Pemilu) Serentak 2024.

Pesan tersebut disampaikan Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Kuningan, Toto Sunarto bersama elemen organisasi kemasyarakatan dan pemuda (OKP) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan jaringan aktivis se-Kabupaten Kuningan lainnya.

Toto mengatakan, berharap agenda demokrasi ini jangan sampai tercederai oleh ulah segelintir elite politik yang belakangan kian menggenggam erat hak-hak konstitusional rakyat.

"Sebab, situasi yang terjadi saat ini justru kontraproduktif terhadap semangat demokrasi. Demokrasi mengandaikan adanya supremasi rakyat dalam setiap penentuan agenda publik," ujar Toto dalam keterangannya, Sabtu (30/7).

"Namun, kenyataannya semua kanal telah dimomopoli segelintir elite partai yang berakibat buruk terhadap hak kedaulatan rakyat," imbuhnya.

Dia juga menyoroti sikap petinggi partai politik hari ini dalam merespons tuntutan masyarakat. Menurutnya, partai masih belum peka terhadap sinyal aspirasi yang berkembang di masyarakat.

Senada, disampaikan Ketua PMII Kuningan, Evi Novianti. Dia mengaku sangat khawatir terkait adanya intervensi oligarki terhadap Pemilu Serentak 2024.

"Kelompok oligarki akan mengalahkan kekuatan partisipatif rakyat dalam Pemilu 2024. Ini dikarenakan oligarki memiliki sumber daya ekonomi atau kapital dan sumber daya politik yang tidak dimiliki rakyat biasa," terangnya.

Evi menegaskan, kecerdasan politik masyarakat seyogyanya tidak hanya sebagai objek demokrasi, melainkan sebagai subjek utama yang kritis.

"Tapi lagi-lagi, inilah naifnya, publik hanya mendapatkan janji dan pesona, bahkan menyaksikan gejolak yang merugikan publik," pungkasnya.rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA