Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Produk Pertanian dan Pupuk Oversupply, Pakar Ekonomi Wanti-wanti Pemerintah Tidak Agresif Ekspor

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/raiza-andini-1'>RAIZA ANDINI</a>
LAPORAN: RAIZA ANDINI
  • Selasa, 02 Agustus 2022, 10:07 WIB
Produk Pertanian dan Pupuk <i>Oversupply</i>, Pakar Ekonomi Wanti-wanti Pemerintah Tidak Agresif Ekspor
Ilustrasi/Net
rmol news logo Stok komoditas Indonesia, terutama di sektor agrikultur, saat ini dalam kondisi aman. Bahkan stok dalam kondisi berlebih alias oversupply.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Namun demikian, Direktur Eksekutif Next Policy, Fithra Faisal Hastiadi, meminta pemerintah tidak merespons kondisi ini dengan meningkatkan ekspor. Meski input produksi banyak negara maju sedang mengalami penurunan.

"Karena selama pemulihan Covid-19 dari sisi input produksi negara-negara besar tidak hanya Jepang itu mengalami kelangkaan. Sementara di Indonesia kita oversupply
Padahal, kata Fithra, mereka membutuhkan pasokan komoditas untuk pemulihan ekonomi yang terdampak pandemi. Hal itu kemudian memunculkan wacana menggenjot ekspor.

"Jadi sektor pertanian kita oversupply, kemudian pupuk kita juga oversupply. Bahkan ada keinginan untuk ekspor ke Afrika dan Amerika Latin," tambahnya.

Pakar ekonomi dari Universitas Indonesia itu menyarankan, pemerintah tidak terlena dengan suplai melimpah dalam negeri. Menurutnya, pemerintah harus mewaspadai permintaan komoditas dalam negeri yang juga menunjukkan kenaikan.

"Cuma memang kalau dari sisi ekspor saja, kita juga harus hati-hati. Jangan sampai ini terlalu agresif kita lakukan. Nanti ketika kita butuhkan justru langka. Kita sekarang dari sisi demand sedang bertumbuh nanti jangan sampai demand optimal kita langka suplai input-nya," tegasnya.

Faisal mengungkapkan, hasil simulasi menunjukkan adanya kemungkinan kerugian yang dialami jika Indonesia terlalu agresif melakukan ekspor.

"Hasil simulasi menunjukkan bahwa kalau kita ekspor komoditas terlalu agresif, pada di kuartal kedua tahun 2023, mulai langka dan akhirnya justru berpengaruh negatif buat perekonomian," demikian Faisal. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.