Wakil Ketua Umum PPP Arsul Sani mengatakan, hal itu tidak lain untuk menghindari polarisasi politik ketika dan sesudah hajatan lima tahunan demokrasi digelar.
“KIB itu pertama memang kami juga ingin mendorong pilpres itu sebisa mungkin tidak diikuti oleh dua pasang calon. Kenapa? Karena kita sekali lagi sudah belajar dari dua pilpres terakhir kalau dua pasang calon maka pengelolaan politik identitasnya sangat sulit sekali,†kata Arsul Sani kepada wartawan, Selasa (9/8).
Saat disinggung mengenai apakah KIB melirik figur Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto untuk diusung capres, Arsul menjawab normatif.
Ia mengatakan, meskipun belum diputuskan siapa capres dan cawapres dari KIB, jika Gerindra dan PKB jadi berkoalisi dan mengusung Capres pada 2024, maka KIB kemungkinan besar akan menambah capres dan cawapres yang ada. Sehingga terbentuk tiga poros koalisi dan capres-cawapres.
“Kalau katakanlah nanti Gerindra berkoalisi dengan PKB. Kemudian kami ada KIB itu pasti akan ada satu lagi (calon), jadi itu harapan itu Inshaallah akan terpenuhi,†kata Asrul.
Mengacu syarat ambang batas pencalonan Presiden, atau
Presidential Threshold (PT) 20 persen, hanya PDIP yang pada pemilu 2024, bisa mengusung langsung capres tanpa harus berkoalisi parpol manapun. Kendati begitu, PDIP belum memutuskan sikap terkait hal tersebut.
Adapun Nasdem, Demokrat dan PKS, disebut-sebut akan berkoalisi dan segera mendeklarasikan diri. Komukasi ketiga partai semakin intensif dilakukan.
Sementara Partai Gerindra semakin mesra dengan PKB, terlihat dari komunikasi politik kedua partai dan pendaftaran bersama ke KPU Senin kemarin.
PPP, Golkar dan PAN yang tergabung dalam KIB, rencana mendaftar bersama ke KPU RI pada Rabu 10 Agustus 2022 besok.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: