Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pernah Kudeta Gus Dur di PKB, Cak Imin Titik Lemah Prabowo Jika Berpasangan di Pilpres

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/jamaludin-akmal-1'>JAMALUDIN AKMAL</a>
LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL
  • Minggu, 14 Agustus 2022, 21:54 WIB
Pernah Kudeta Gus Dur di PKB, Cak Imin Titik Lemah Prabowo Jika Berpasangan di Pilpres
Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto dan ketum DPP PKB Abdul Muhaimin Iskandar saat teken kerja sama politik/RMOL
rmol news logo Dikesempatan terakhir, Ketua Umum (Ketum) Partai Gerindra, Prabowo Subianto harus pintar-pintar memilih pasangan untuk bertarung di perhelatan pemilihan presiden (Pilpres) tahun 2024 nanti. Karena, jika berpasangan dengan Ketum PKB, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, maka diyakini menjadi titik lemah Prabowo dengan segudang persoalan Cak Imin.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Direktur Eksekutif Oversight of Indonesia's Democratic Policy, Satyo Purwanto mengatakan, meskipun memiliki tiket untuk mengusung calon presiden (Capres), koalisi Gerindra-PKB belum menentukan siapa yang akan dicapreskan.

"Mereka pasangan rawan, mengapa? dari sisi Prabowo beliau sudah ke tiga kalinya menjadi Capres, sementara Cak Imin penuh kontroversi, bahkan belum lama malah menjadi yang pertama mendukung tiga periode, belum lagi rumor persoalan lama di KPK," ujar Satyo kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (14/8).

Satyo menilai, Prabowo sangat diterima oleh kalangan Nahdliyyin dan Gusdurian. Tetapi, keadaan terbalik dengan Cak Imin, meski PKB dapat dikatakan NU yang menjadi "bidannya", namun kini situasi berbeda.

Perbedaan itu, kata Satyo, saat ini hubungan Cak Imin dengan khususnya PBNU sedang tidak harmonis, terlebih dengan Gusdurian. Kondisi itu, di mata Satyo, akan menjadi titik lemah Prabowo jika berpasangan dengan Cak Imin.

Apalagi, Satyo melihat, kalangan nahdliyin tidak akan melupakan bahwa Cak Imin pernah mengkudeta Gus Dur dari kepemimpinan PKB.

"Seperti kata pepatah 'musuhnya temanmu akan menjadi musuhmu'. Rasanya kesempatan untuk Capres masih mungkin hanya di tahun 2024," jelas Satyo.

Satyo menyarankan agar Prabowo benar-benar melakukan kalkulasi politik yang matang. Sebab, jika tidak dihitung secara hati-hati kesempatan Prabowo menang akan mengalami kendala berat.

"Maka bisa dipastikan peluang yang terbuka akan terbuang," pungkas Satyo.rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA