Ketua PBNU Bidang Keagamaan, KH Ahmad Fahrur Rozi menilai, pernyataan tersebut keliru dan menjadi bukti Suharso tidak mengerti tradisi pesantren.
“Ilustrasi tersebut sangat tidak layak untuk seorang ketum parpol, khususnya yang berbasis Islam. Itu berarti dia tidak memahami tradisi yang berkembang di masyarakat," kata KH Ahmad Fahrur dalam keterangan tertulisnya, Jumat (26/8).
Bagi Gus Fahrur, memberi sesuatu kepada kiai dengan politik uang tidak bisa disamakan. Masyarakat Indonesia dan kiai memiliki simbiosis saling menghargai dan saling memuliakan.
Kiai, kata dia, itu melayani dan menjadi rujukan masyarakat. Maka dari itu, masyarakat sangat menghormati para kiai yang telah menghabiskan waktunya untuk melayani dan memberikan sesuatu kepada kiai sebagai penghargaan.
“Itu menjadi tradisi menghormati guru. Seperti kita bertamu bawa oleh-oleh ya, jadi tidak bisa disebut
money politic karena mereka (kiai) kan bukan penentu kebijakan," tandasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: