Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Jalal: ESG Fokus Isu Lingkungan dan Tata Kelola Terhadap Kinerja Finansial Perusahaan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/raiza-andini-1'>RAIZA ANDINI</a>
LAPORAN: RAIZA ANDINI
  • Senin, 12 September 2022, 22:26 WIB
Jalal: ESG Fokus Isu Lingkungan dan Tata Kelola Terhadap Kinerja Finansial Perusahaan
Webinar dialog kebijakan EITI Indonesia/Repro
rmol news logo Environmental, Social and Governance (ESG) atau prinsip dan standar pengelolaan bisnis dan perusahaan yang mengikuti kriteria-kriteria sesuai dengan peraturan yang berlaku, diharapkan dapat mendorong daya saing perusahaan tambang di dunia internasional.

ESG dirancang pada tahun 2004 yang dirumuskan oleh lembaga jasa keuangan, investor dan para bankir, yang ingin mengetahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kinerja finansial perusahaan.

Begitu yang dikatakan Chair Person of Advisory Board Social Invesment Indonesia Jalal dalam webinar dialog kebijakan EITI Indonesia, bertemakan “Transparansi Industri Ekstraktif melalui Publikasi Aspek ESG Perusahaan Pertambangan untuk Pembangunan Berkelanjutan”, Senin (12/9).

"Kemudian ditemukanlah ternyata faktor lingkungan sosial dan tata kelola yang punya pengaruh tadinya yang dikira integible tapi pada periode itu sudah bisa dihitung kemudian jadilah ESG itu di tahun 2004,” kata Jalal.

"Tapi ESG itu tidak semua aspek lingkungan, sosial dan tata kelola melainkan hanya isu-isu lingkungan dan tata kelola yang material terhadap kinerja finansial perusahaan,” imbuhnya.

Kata Jalal, memang belum ada definisi ESG yang diterima secara universal oleh para perusahaan tambang. Namun, ESG merupakan ide awal dari sudut pandang lembaga jasa keuangan terhadap para penambang untuk mengetahui apa saja yang dilakukan perusahaan terhadap faktor lingkungan, sosial dan tata kelola dalam mengambil keputusan dalam berinvestasi.

“Dengan cara mengintegrasikan ESG ke dalam pengambilan keputusan mereka, dan meminta perusahaan tempat mereka berinvestasi itu melakukan hal yang sama,” terangnya.

Kemudian, lanjut Jalal, para investor kerap melakukan skrining secara negatif maupun positif terhadap untuk menginvestasikan hartanya terhadap perusahaan tambang dengan melibatkan segala aspek kehidupan sosial.

"Kemudian mereka juga kadang-kadang menggunakan penapisan negatif, saya nggak mau berinvestasi di industri tambang batubara misalnya, saya nggak mau berinvestasi di rokok, maka itu namanya penapisan negatif,” katanya.

“Tapi juga ada penapisan positif atau investasi tematik. Saya maunya investasi yang energi terbarukan kalau energi terbarukan saya bayarin, ada juga investasi berdampak yang dipentingkan adalah dampak positif lingkungan dan sosial,” pungkasnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA