Upaya pemerintah untuk menekan inflasi pangan, dengan cara melakukan penekanan terhadap
volatile food agar dapat mencapai komitmen awal pada HLM TPIP (
High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Pusat) Maret lalu yang menargetkan 3-5 persen.
Optimisme pemerintah mampu menekan inflasi pangan menjadi 5 persen dapat dilihat secara regional dari 90 kota IHK, ada 66 kota IHK yang realisasi inflasinya di atas nasional dan kerjasama antar daerah guna menekan inflasi akan terus didorong semakin efektif akan menjaga stabilitas harga di masyarakat.
Pakar pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB University) Dwi Andreas Santosa mengungkapkan, upaya pemerintah untuk menekan angka inflasi pangan di bawah 5 persen masih masuk akal dan bisa dilakukan.
"Saya kira iyalah,†kata Dwi kepada wartawan, Jumat (23/9).
Menurutnya, kenaikan harga beras inflasi memang akan menjadi faktor utama kenaikan inflasi. Namun seiring kenaikan harga beras, harga komoditas pangan lain justru cenderung menunjukkan tren penurunan.
"Karena memang sekarang ini yang nanti akan sangat berperan dalam inflasi sudah tentu harga beras. Ini akan meningkat, tapi harga-harga pangan yang lainnya sudah ada tren mengalami penurunan. Jadi saya kira kenaikan harga beras akan diikuti tren penurunan beberapa harga yang lain," ujarnya.
Menurut Dwi Andreas kenaikan harga BBM memang menjadi faktor penting yang mengerek inflasi. Namun di sektor pertanian, kenaikan harga BBM bersubsidi beberapa saat lalu tidak berdampak signifikan.
"Katakanlah untuk dunia pertanian, BBM ini digunakan untuk apa saja dan itu berapa kira-kira kontribusinya? Sehingga kalau dihitung sedetail itu, mungkin kontribusinya tidak begitu besar juga," demikian Dwi.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: