Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Capai Pertumbuhan Ekonomi 5,4 Persen, Indonesia Diuntungkan dengan Politik Bebas Aktif

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/hani-fatunnisa-1'>HANI FATUNNISA</a>
LAPORAN: HANI FATUNNISA
  • Selasa, 11 Oktober 2022, 22:35 WIB
Capai Pertumbuhan Ekonomi 5,4 Persen, Indonesia Diuntungkan dengan Politik Bebas Aktif
Rektor Universitas Indonesia, Ari Kuncoro/Net
rmol news logo Di tengah hantaman pandemi Covid-19 dan eskalasi perang di negara-negara Eropa, Indonesia tetap mampu mempertahankan stabilitas pertumbuhan ekonominya hingga mencapai 5,4 persen pada semester lalu.

Rektor Universitas Indonesia, Ari Kuncoro menilai capaian yang membanggakan tersebut merupakan hasil dari kebijakan luar negeri bebas aktif yang selalu digemakan Indonesia di dunia internasional.

"Politik kita yang bebas aktif. Bebas berarti bukan netral dan aktif berarti ikut mengusahakan perdamaian. Kata-kata bebas sebenarnya sangat tepat dari kata netral," ujar Ari Kuncoro dalam seminar online PPRA Lemhannas RI ke 64, Selasa (11/10).

"Kenapa? Karena dalam statistik lebih baik kita pakai median dari pada pakai mean, kalau mean, angka ekstrem akan masuk," jelasnya

Kuncoro menyebutkan, sebagai salah satu rantai pasokan dunia, Indonesia diuntungkan dengan konsistensinya pada kebijakan bebas aktif, yang membuatnya lebih fleksibel dan mengambil jalan tengah di masa-masa krisis.

"Kalau waktu Itu indonesia menggunakan kebijakan yang terlalu drastis untuk membuat Covid-19 mereda, misal dengan lockdown, maka mungkin perekonomian kita masih lesu," ujarnya.

"Tetapi karena Indonesia median, tidak menutup dan tidak bebas, kalaupun di tengah- tengah, tidak begitu di tengah. Karena kita juga tetap mengikuti aturan, jika Covid-19 naik, maka kita buat ketat, lockdown, PPKM. Dengan semua itu, kita lihat hasilnya sampai 5,44 persen," tambah Kuncoro.

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa dengan kebijakan yang sudah begitu baik, ditambah dengan pertumbuhan dan modal ekonomi yang mumpuni, Indonesia memiliki leverage atau daya tawar berupa kemampuan untuk mengolah dana pinjaman dan menghasilkan keuntungan yang lebih besar.

"Leverage Indonesia lainnya termasuk sumber daya alam, punya kelas menengah, punya daya beli dan terlibat di rantai pasokan internasional. Potensi itu yang mengundang negara-negara maju di G20 tertarik untuk bekerjasama," katanya.

Menurut Kuncoro, perundingan dan kerjasama akan selalu dibutuhkan karena setiap negara memiliki titik jenuh yang membuatnya melihat jalan tengah sebagai jalan yang paling baik.

"Menurut ilmu tematik, jika lost-nya terlalu besar, orang-orang akan mencari keseimbangan equilibrium. Di mana orang yang lelah berkonflik, kemudian berpikir dengan kepala dingin, dan G20 adalah tempat bagi mereka yang berkepala dingin," pungkasnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA