Begitulah yang disampaikan Presiden Joko Widodo selama Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN Ke 40 dan 41 di Phnom Penh, Kamboja pada Jumat (11/11).
Melalui paparan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dalam konferensi persnya, Presiden menyampaikan sejumlah usulan dalam sesi planery tentang bagaimana ASEAN di masa depan.
Retno menyebut Jokowi telah mengidentifikasi sejumlah tantangan berat yang dihadapi ASEAN baik dari dalam maupun luar kawasan.
"Secara eksternal ASEAN harus mampu menavigasi rivalitas kekuatan besar yang semakin menajam," ujarnya.
"Secara internal, ASEAN harus tetap relevan menjaga kepatuhan terhadap piagam ASEAN, dan mengatasi krisis di Myanmar," tambah Retno.
Menurut Jokowi, sejumlah tantangan itu dapat diatasi dengan baik jika kesatuan dan sentralitas ASEAN dapat diperkuat.
"Untuk menghadapi tantangan tersebut, kesatuan dan sentralitas ASEAN adalah kunci. Ini harus dimaknai secara konkrit dan bukan semata-mata menjadi mantra kosong," ungkap Retno.
Dalam hal ini, kata Retno, Jokowi memberikan tiga cara yang dapat ditempuh ASEAN untuk mencapai kesatuan dan sentralitas yang diharapkan.
Pertama, Piagam ASEAN harus dijalankan secara seutuhnya dan tidak boleh tebang pilih.
Kedua, kapasitas dan efektivitas kelembagaan harus diperkuat dalam jangka panjang yaitu 20 tahun ke depan.
"ASEAN di tahun 2045 harus lebih adaptif, responsif dan berdaya saing," tegasnya.
Ketiga, peran ASEAN untuk mewujudkan kawasan yang tangguh harus diperkuat.
"ASEAN harus mampu membangun ketahanan pangan dan energi, kemandirian kesehatan da stabilitas keuangan kawasan dan ASEAN harus menjadi agenda setter dalam memajukan prioritas-prioritas tersebut," jelas Retno.
KTT ASEAN ke 40 dan 41 berlangsung di bawah kepresidenan Kamboja yang dimulai pada 10 hingga 13 November mendatang.
BERITA TERKAIT: