“Tapi terutama terhadap pihak Kepolisian, karena mayoritas warga
aware bahwa penyebab utama jatuhnya korban jiwa adalah tembakan gas air mata dari aparat Kepolisian sehingga menimbulkan kepanikan di pintu keluar stadion,†kata Direktur Eksekutif Indikator Burhanuddin Muhtadi dalam keterangan tertulis, Minggu (13/11).
Dia menambahkan, mayoritas masyarakat juga tidak setuju dengan pernyataan aparat kepolisian yang menyebut tembakan gas air mata sudah sesuai prosedur.
“Mayoritas warga tidak setuju dengan argumen pihak Kepolisian yang berdalih bahwa tembakan gas air mata sudah sesuai prosedur karena aksi massa sudah anarkis,†katanya.
Selanjutnya, papar Burhanuddin dalam temuan surveinya itu ialah, masyarakat tetap meminta Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan mundur meskipun pengusutan tragedi Kanjuruhan dilakukan oleh pihak kepolisian juga Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIP) yang dibentuk pemerintah dan diketuai Menko Polhukam Mahfud MD.
Dalam survei ini, Indikator menggunakan metode
multistage random sampling dengan sampel sebanyak 1.220 orang. Sampel berasal dari seluruh Provinsi yang terdistribusi secara proporsional. Survei ini memiliki toleransi kesalahan (margin of error--MoE) sekitar kurang lebih 2.9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Adapun survei dilakukan periode 30 Oktober - 5 November 2022 atau tepat sebulan setelah peristiwa nahas di Stadion Kanjuruhan, Malang. Survei dilakukan dengan cara wawancara lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: