Menurut guru besar ilmu hukum internasional Universitas Indonesia Prof Hikmahanto Juwana, pernyataan tersebut tidak benar, dan tidak ada dalam nota
Leaders Declaration.
"Besar kemungkinan info tersebut didapat dari konperensi pres Bapak Presiden saat berakhirnya KTT G20 dimana beliau menyampaikan adanya kecaman terhadap Rusia atas serangan ke Ukraina,” tegas Prof. Hikmahanto lewat keterangan tertulis yang diterima
Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (17/11).
Rektor Universitas Jenderal Achmad Yani ini menuturkan jika dibaca dengan cermat poin ketiga dalam
Leaders Declaration terdapat enam kesimpulan yang dikajinya.
Pertama, Prof Hikmahanto membenarkan dalam
Leaders Declaration ada kecaman/pengutukan terhadap Rusia tapi itu tidak seluruh negara melainkan sebagian besar (bisa diduga negara tersebut adalah AS dan sekutunya).
"Ini bisa dilihat dari kata-kata "Most members condemn…” ucapnya.
Kedua, kata Prof Hikmahanto, pengutukan dan permintaan pasukan Rusia mundur itu merujuk pada Resolusi Majelis Umim PBB No ES-11/1 tertanggal 2 Maret 2022.
"Oleh karenanya penarikan mundur pasukan Rusia bukan atas dasar
Leaders Declaration,” ujarnya menekankan.
Kemudian yang ketiga, pengutipan Resolusi Majelis Umum pun disebut yang berada dalam kurung terkait jumlah negara yang setuju, menentang dan abstain. Menurutnya, kalimat tersebut sengaja dikutip sebagai bentuk setuju atas upaya tarik mundur pasukan Rusia di Ukraina.
"Dugaan saya pengutipan ini merupakan permintaan Rusia untuk setuju atas
Leaders Declaration,” tambahnya.
Keempat, dalam kalimat berikut di poin 3 disebutkan bahwa "ada pandangan lain" terkait perang di Ukraina. Pandangan lain ini, menurut Prof Hikmahanto tentunya adalah pandangan Rusia dan mungkin negara lain.
Kelima, kata Prof Hikmahanto, dalam kalimat penutup di poin tiga ditegaskan bahwa G20 bukan forum untuk menyelesaikan masalah keamanan.
"Ini artinya tidak ada kesepakatan utntuk meminta Rusia mundur dari Ukraina bahkan menghukum Rusia, termasuk mengeluarkan Rusia dari G20,” tegasnya.
“Enam, Meski demikian negara anggota memahami perang yang terjadi bisa berkonsekuensi yang signifikan bagi ekonomi global,” tutupunya.
BERITA TERKAIT: