Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Harga Beras Indonesia Termahal di Asia Tenggara, Ketua Kadin: Ini Ancaman Bagi Petani

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/raiza-andini-1'>RAIZA ANDINI</a>
LAPORAN: RAIZA ANDINI
  • Kamis, 29 Desember 2022, 14:46 WIB
Harga Beras Indonesia Termahal di Asia Tenggara, Ketua Kadin: Ini Ancaman Bagi Petani
Ilustrasi/Net
rmol news logo Pemerintah Indonesia perlu mewaspadai dampak dari disparitas harga beras yang terlalu tinggi, sebagaimana yang dikemukakan Bank Dunia. Di mana harga beras Indonesia jadi yang paling mahal dibandingkan negara-negara di kawasan Asia Tenggara.

Menurut Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Arsjad Rasjid, jika perbedaan harga di dalam negeri dengan luar negeri terlalu besar, ada kecenderungan beras impor lebih murah. Membuat keinginan untuk mendatangkan beras dari luar negeri menjadi sangat tinggi.

“Kondisi ini bisa memberikan ancaman bagi petani,” ucap Arsjad lewat keterangan tertulisnya, Kamis (29/12).

Apalagi, kata Arsjad, pemerintah telah menugaskan Perum Bulog untuk mengimpor beras sebanyak 200 ribu ton hingga akhir 2022 guna memenuhi stok beras nasional di gudang Bulog.

Stok beras impor itu rencananya hanya akan digunakan pada kondisi tertentu. Seperti penanggulangan bencana, intervensi harga jika diperlukan, dan beberapa kegiatan pemerintah lainnya.

“Penggunaannya pun akan diawasi secara ketat untuk memastikan tidak ada yang masuk ke pasar,” jelasnya.

Alasan Arsjad Rasjid mengingatkan dampak disparitas harga ini dipicu oleh kebijakan impor beras yang muncul ketika Bulog mencatat stok beras di gudang, didapati adanya penyusutan dari 1 juta ton (awal 2022) menjadi 587 ribu ton pada November 2022.

Karena harus melakukan intervensi pasar selama musim paceklik 3-4 bulan ke depan dan mengantisipasi kebutuhan untuk bencana alam, Bulog dituntut untuk mengisi stok beras hingga tingkat aman sekitar 1,5 juta ton.

“Bulog mencoba mengadakan stok beras itu dari pasar domestik, tapi kesulitan mendapatkan walau regulasi harga patokannya sudah direlaksasi. Opsi lain adalah impor. Inilah yang jadi sumber ketidaksepahaman antara Bulog dan Badan Pangan Nasional dengan Kementerian Pertanian,” paparnya.

Menurutnya, Indonesia sejatinya telah mewujudkan swasembada beras pada periode 2019- 2021. Pada periode ini, Indonesia hanya mendatangkan beras khusus yang merupakan jenis yang tidak ditanam di Indonesia.

“Beras khusus ini umumnya diperuntukkan bagi hotel, restoran, hingga pelaku bisnis katering. Berdasarkan data BPS, Indonesia mengimpor beras khusus mencapai 407,7 ribu ton pada 2021, angka tersebut naik dari tahun 2020 yang hanya 356,3 ribu ton,” tutup Arsjad. rmol news logo article
EDITOR: AGUS DWI

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA