Hal itu disampaikan anggota DPD RI, Fahira Idris merujuk pengalaman pemilu terdahulu yang dipenuhi dengan tensi dan polarisasi cukup tinggi.
Apalagi, gejala bakal tingginya tensi dan polarisasi Pemilu 2024 sudah dapat dideteksi sepanjang tahun 2022, terutama saat munculnya nama-nama tokoh yang dinilai publik layak menjadi Capres 2024.
“Gelagat tensi politik di sepanjang 2022 ini idealnya menjadi bahan introspeksi kita, terutama mereka-mereka yang punya kuasa dan pengaruh untuk mengirim pesan-pesan sejuk menjelang dan saat tahun politik yang sudah di depan mata," kata Fahira dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (31/12).
Para elite harus menyebar pesan positif bahwa cara yang paling baik dalam memilih wakil rakyat dan presiden adalah dengan membandingkan gagasan para calon. Dengan begitu, maka para calon dipaksa adu gagasan dan saling lempar rekam jejak, sehingga rakyat sebagai pemilih menjadi tercerahkan.
“Atmosfer pemilu yang sudah hangat ini menjadi gelagat kembalinya polarisasi jika tidak dikelola dengan baik, terutama oleh para elite politik. Yang paling konkret, Pemilu 2024 diwarnai adu gagasan dan rekam jejak, jangan beri ruang polarisasi," tutupnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: